Indikator Makro Bikin Ketahanan Ekonomi Makin Kuat, Indonesia Bisa Mudah Tarik Dana Investasi

JAKARTA - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto, menilai Indonesia bisa memanfaatkan kondisi ketahanan ekonomi dalam negeri untuk menarik hati para investor. Meskipun sebelumnya banyak investor yang mengeluh lantaran sulitnya perizinan di tanah air.

"Memang banyak keluhan investor bukan di nasional, tapi pada saat urus izin di daerah. Sebetulnya kalau memikat hati investor atau membuat mereka tertarik untuk tetap menginvestasikan dana di Indonesia. Ya kita harus 'agak pandai' bagaimana menjadikan aspek minimnya risiko resesi untuk Indonesia menjadi jualan," ujar Eko, Kamis 1 Desember.

Eko mengungkapkan, berbagai indikator makro menunjukkan ketahanan kondisi ekonomi Indonesia. Bahkan, kata dia, lembaga internasional juga memprediksi perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh di tahun depan dengan tingkat inflasi yang masih dalam level moderat.

Padahal, banyak negara besar yang mengalami gejolak ekonomi, seperti Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.

"Itu diolah saja menjadi bahasa positif untuk menggaet investor. Karena kalau mereka tunggu Eropa pulih mungkin situasinya akan sangat bergantung dari Rusia-Ukraina, dan mungkin agak lama," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Eko, Indonesia juga harus bisa memanfaatkan kondisi geopolitik untuk menggaet investor asing. Dia menyebut beberapa negara yang relatif dominan berinvestasi di China tengah mencari tujuan investasi baru untuk memitigasi kecenderungan investasi pada negara tirai bambu itu.

"Beberapa negara investor merasa khawatir dengan besarnya ketergantungan terhadap China dalam konteks investasi. Ada beberapa langkah politik China, baru-baru ini, yang agak relatif berseberangan dengan apa yang dimaui global," jelas Eko.

Ia pun menyontohkan Korea Selatan sebagai negara investor yang khawatir dengan keberlanjutan investasi di China.

"Ini menjadi masalah bagi investor Korsel ketika harus mengekspor ke Amerika. Karena mereka buat pabriknya di China. Ada kekhawatiran jangka menengah panjang investor Korea Selatan kalau terus mengalirkan uangnya ke China," tambahnya.

Meski demikian, Eko mengingatkan, pada akhirnya investor yang telah masuk di Indonesia juga akan melihat kenyataan lapangan. Oleh sebab itu, Eko menyarankan agar ada upaya untuk membuat investor betah di Indonesia.

"Tentu saja dipoles dengan data-data makro yang relatif kita tahan krisis itu bagus, tapi pada akhirnya kondisi nyata di lapangan yang menentukan," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan situasi ekonomi tahun depan akan semakin sulit akibat ancaman resesi global. Ekonomi global dibayangi berbagai persoalan, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi yang anjlok, krisis fiskal, energi dan pangan.

Karena itu, Jokowi meminta agar jangan sampai ada yang mempersulit usaha pemerintah dalam menarik investor dan mengejar target realisasi investasi.

"Saya enggak mau dengar lagi ada yang mempersulit, baik di pusat ataupun di daerah. Baik di pusat, provinsi, kabupaten, dan kota," kata Jokowi.