Menkes Budi: Kasus COVID-19 Naik Tapi Sudah di Puncak
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus COVID-19 di Tanah Air meningkat. Namun, peningkatan itu sudah mencapai puncak berdasarkan pengamatan kementeriannya.
"Kasus COVID-19 sedang naik tapi pengamatan kita sudah sampai di puncak," kata Budi kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 1 Desember.
Ada alasan yang membuat Budi yakin peningkatan COVID-19 sudah mencapai puncak, yaitu meningkatnya positivity rate.
Kata Budi, angka positivity rate biasanya akan meningkat tapi kemudian melandai. Sehingga, dia yakin Indonesia sudah berada di puncak penyebaran karena angka tersebut mulai turun.
"PR kita turun di seluruh Indonesia dan provinsi besar. Jadi seharusnya seminggu dua minggu turun," ungkapnya.
Sementara untuk populasi subvarian Omicron XBB dan BQ.1 kini sudah mencapai 80 persen dari kasus COVID-19 yang ada di Tanah Air. Budi bilang, varian ini sudah mengambil alih varian BA.4 dan BA.5.
"Itu adalah ciri-ciri mereka jenuh nanti akan turun. Itu sebabnya kita beda, meramal naik turun berdasarkan data PR secara empiris dan kita lihat ke belakang data varian genomik secara satu minggu dan dua minggu akan turun," jelas eks Wakil Menteri BUMN.
Meski angka penularan COVID-19 akan mulai menurun, Budi mengingatkan masyarakat harus segera mendapatkan vaksin. Apalagi, berdasarkan data yang dimilikinya 74 persen pasien yang masuk ke rumah sakit akibat terpapar belum menerima booster.
Baca juga:
- Punya Kerutan di Wajah dan Rambut Putih, Sinyal Jokowi Endorse Prabowo-Ganjar Jadi Pasangan Capres-Cawapres 2024?
- Zulhas Berseloroh Sambil Pamer Jenggot Putihnya yang Lebih Sakti Daripada Rambut Putih
- Jokowi Sebut Wajah Pemimpin Dunia yang Hadir KTT G20 Bali Berkerut dan Berambut Putih, Pusing Memikirkan Ketidakpastian Dunia
- Anak-Istri Ismail Bolong Bakal Beri Keterangan Soal Tambang Ilegal di Kaltim
Sedangkan 50 persen pasien yang meninggal disebabkan karena belum mendapat vaksin COVID-19. "Jadi sekarang ini terlihat orang yang belum divaksin," jelas Budi.
"Yang belum vaksin risiko dan meninggal tinggi karena 50 persen yang meninggal adalah orang yang belum divaksin. Jadi, kalau punya saudara ibu, ayah, kakek cepat divaksin karena risiko mereka tinggi," pungkasnya.