Dolar Mulai Ngos-ngosan, Rupiah Berpotensi Menguat Disertai Masuknya Dana Asing ke Pasar Obligasi

JAKARTA – Periode sulit depresiasi rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS, beberapa waktu belakangan ini nampaknya bakal menemui titik terang. Sinyal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.

Menkeu menjelaskan, asumsi ini didasarkan pada penurunan angka inflasi di Amerika Serikat pada Oktober 2022 ke level 7,7 persen. Kondisi itu diyakini akan membuat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memperlambat kenaikan suku bunga acuan alias Fed Fund Rate (FFR).

“Ini akan mendorong asing masuk ke pasar obligasi negara emerging market, termasuk Indonesia di periode November 2022,” ujar Menkeu dalam keterangan tertulis dikutip Jumat, 25 November.

Bendahara negara menyampaikan pula, seiring perbaikan kondisi pasar obligasi Indonesia pada November mencatat inflow Rp10,66 triliun secara month to date (mtd). Sementara pada Oktober terjadi outflow Rp17,03 triliun secara mtd.

“Selain itu, dari segi kepemilikan, SBN masih didominasi oleh perbankan dan BI, sementara porsi kepemilikan asing turun secara bertahap sejak akhir 2019 (38,57 persen) ke angka 14,06 persen per 22 November 2022,” tuturnya.

Sebagai informasi, penurunan laju FFR berpeluang menggerus tingkat keperkasaan dolar yang selama ini cukup superior terhadap mata uang sejumlah negara. Selain itu, masuknya dana asing ke dalam negeri juga berpotensi memperkuat nilai tukar rupiah.

“Kinerja pasar SBN domestik masih resilien didukung likuiditas domestik yang cukup ample dan mendorong penyempitan spread LCY. Meski demikian, pengetatan kebijakan moneter tetap perlu diwaspadai,” tutup Menkeu Sri Mulyani.