Deklarasi KTT G20 Bali: Pemulihan Ekonomi Global adalah Tanggung Jawab Seluruh Anggota
JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 telah menghasilkan Deklarasi Pemimpin G20 Bali yang berisi 52 poin kesepakatan. Keseluruhan mengenai komitmen untuk bekerjasama dan berkolaborasi. Masing-masing negara anggota memikul tanggung jawab memulihkan ekonomi global, mengatasi tantangan, serta meletakkan dasar pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
G20 harus mengambil tindakan yang nyata, tepat, cepat, dan perlu. Sehingga, manfaatnya tak hanya dirasakan anggota, tetapi juga masyarakat dunia, terutama negara-negara berkembang yang kondisinya sangat rentan terhadap krisis saat ini.
“Let us recover together, recover stronger,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato penutup KTT G20 Bali di Hotel Apurva Kempinski pada 16 November 2022.
Mendukung itu, anggota G20 siap menyusun kebijakan yang terarah dan terencana dengan baik dengan mempertimbangkan kondisi negara masing-masing.
Seperti dalam hal ketahanan pangan. Seluruh anggota G20 berkomitmen mengambil tindakan mendesak untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kelaparan dan malnutrisi, khususnya untuk mengatasi kerentanan negara-negara berkembang. Serta, menyerukan percepatan transformasi menuju sistem pertanian dan rantai pasokan dan pertanian yang berkelanjutan dan tangguh.
“Kami akan mengambil tindakan terkoordinasi lebih lanjut untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan termasuk lonjakan harga dan kekurangan komoditas pangan dan pupuk secara global,” bunyi poin 6 Deklarasi Pemimpin G20 Bali.
Selain itu, seluruh anggota juga menekankan kembali hasil Deklarasi G20 Matera sebelumnya untuk bekerjasama memproduksi dan mendistribusikan pangan secara berkelanjutan. Memastikan sistem pangan berkontribusi lebih baik, mampu beradaptasi dan bermitigasi terhadap perubahan iklim.
“Kami juga akan menerapkan pendekatan One Health, mengintensifkan penelitian ilmu dan teknologi pangan, dan meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan di sepanjang rantai pasokan pangan, khususnya perempuan, pemuda, petani kecil dan petani marjinal, serta nelayan,” lanjut bunyi poin 6.
Seluruh anggota juga berkomitmen mengatasi kerawanan pangan dengan memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, dan keberlanjutan pangan dan produk pangan bagi mereka yang membutuhkan, terutama di negara berkembang dan negara kurang berkembang.
“Kami menegaskan kembali dukungan kami untuk perdagangan pertanian berbasis aturan yang terbuka, transparan, inklusif, dapat diprediksi, dan non-diskriminatif berdasarkan aturan WTO,” bunyi poin 7.
Krisis Energi
Begitu pun untuk krisis energi. Anggota G20 menggarisbawahi urgensi mengubah dan mendiversifikasi sistem energi dengan cepat, memajukan keamanan dan ketahanan energi, serta stabilitas pasar. Tentunya, memastikan transisi energi yang bersih, berkelanjutan, adil, terjangkau, dan inklusif serta aliran investasi berkelanjutan.
“Kami menekankan pentingnya permintaan energi global disesuaikan dengan pasokan energi yang terjangkau. Menegaskan kembali komitmen kami untuk mencapai net zero emisi gas rumah kaca/netralitas karbon global pada atau sekitar pertengahan abad, sambil mempertimbangkan perkembangan ilmiah terbaru dan keadaan nasional yang berbeda,” bunyi poin 11 Deklarasi Pemimpin G20 Bali.
Termasuk mempercepat upaya penghentian bertahap pembangkit listrik tenaga batubara sejalan dengan kondisi nasional tanpa mengenyampingkan perlunya dukungan menuju transisi yang adil.
“Kami akan meningkatkan upaya kami untuk mengimplementasikan komitmen yang dibuat pada tahun 2009 di Pittsburgh untuk menghapus dan merasionalisasi, dalam jangka menengah, subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang mendorong konsumsi yang boros,” masih dalam poin 11.
Keanekaragaman Hayati
Seluruh anggota G20 mendesak semua pihak mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global (GBF) Pasca 2020 demi mewujudkan visi 2050 ‘Hidup Selaras dengan Alam’. Memerangi hilangnya keanekaragaman hayati, deforestasi, penggurunan, degradasi lahan dan kekeringan, serta memulihkan lahan terdegradasi untuk mencapai netralitas degradasi lahan pada tahun 2030. Serta, mendukung ambisi G20 untuk mengurangi degradasi lahan hingga 50 persen pada tahun 2040 dengan dasar sukarela.
“Kami mengakui upaya yang dilakukan oleh sejumlah negara untuk memastikan bahwa setidaknya 30 persen daratan dan lautan dilestarikan atau dilindungi pada tahun 2030. Kami akan membantu membuat kemajuan menuju tujuan ini sesuai dengan keadaan nasional,” bunyi pasal 14 Deklarasi Pemimpin G20 Bali.
Serta, berkomitmen mengurangi dampak lingkungan dengan mengubah pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan serta meningkatkan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan termasuk dengan mencegah lalu lintas limbah ilegal lintas batas.
Juga, berkomitmen menghentikan dan membalikkan hilangnya keanekaragaman hayati melalui solusi berbasis alam dan pendekatan berbasis ekosistem.
Perang di Ukraina
Presiden Jokowi mengakui menyatukan sikap dan pemikiran anggota G20 terhadap perang di Ukraina menimbulkan perdebatan tajam.
“Diskusi mengenai hal ini berlangsung sangat-sangat alot sekali dan akhirnya para pemimpin G20 menyepakati isi deklarasi yaitu condemnation perang di Ukraina karena telah melanggar batas wilayah, melanggar integritas wilayah,” kata Jokowi.
Sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan hal itu menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk kerentanan dalam ekonomi global. Menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan.
“Ada pandangan lain dan penilaian berbeda tentang situasi dan sanksi. Menyadari bahwa G20 bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan, kami mengakui bahwa masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global,” tertulis dalam poin 3 Deklarasi Pemimpin G20 Bali.
Satu hal yang pasti, seluruh anggota G20 menyepakati pentingnya menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral yang menjaga perdamaian dan stabilitas.
“Penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima. Penyelesaian konflik secara damai, upaya mengatasi krisis, serta diplomasi dan dialog, sangat penting. Era hari ini tidak boleh perang,” poin 4 menegaskan kembali sikap anggota G20.
Sebagai presidensi G20, Indonesia telah mengupayakan berbagai solusi terbaik selama satu tahun kepemimpinan guna mengatasi berbagai tantangan yang tidak hanya menghambat, tetapi juga berpotensi besar mengancam dunia ke arah krisis yang semakin dalam.
Presiden Jokowi berterimakasih atas kehadiran para delegasi KTT G20 Bali. “Menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada semua yang hadir, yang telah memberikan fleksibilitasnya sehingga deklarasi dapat disepakati dan disahkan.”
“Saya juga ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh working group dan engangement group atas dedikasi, sumbangan, pemikiran dan kontribusinya bagi presidensi G20 Indonesia,” Jokowi menandaskan.
Baca juga:
- Sejumlah Momen di KTT G20 Bali: Dari Ibu Iriana Terpeleset Hingga Menteri PUPR Jadi Fotografer Dadakan
- KTT G20 Bali: Insiden Rudal di Polandia adalah Perang Hibrida untuk Menjatuhkan Rusia
- KTT G20 Bali: Mencari Sinergi untuk Mengatasi Persoalan Dunia
- Presiden Jokowi Ajak Anggota G20 Bersatu: Paradigma Kolaborasi Sangat Dibutuhkan untuk Menyelamatkan Dunia