Rel Trem Kuno di Proyek MRT Tertua Peninggalan Belanda
JAKARTA - Di bawah terik sinar matahari yang cerah dan awan yang terlihat sangat jelas, di tengah Pusat Kota Jakarta, terlihat sejumlah pekerja proyek Mass Rapid Transit (MRT) berjibaku membersihkan serta mengamankan temuan struktur rel trem kuno peninggalan kolonial Belanda di lahan proyek MRT Jakarta fase dua atau tepatnya di proyek CP202 Harmoni hingga Mangga Besar.
Saat memasuki area yang tertutup oleh pagar seng, seseorang wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Di dalam terlihat beberapa pekerja mengenakan APD lengkap, mulai dari sepatu bot, rompi, dan juga helm.
Para pekerja dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama bertugas melakukan pengupasan pertama berupa lapisan beton dan aspal dengan alat berat atau excavator mini.
Penggunaan alat berat dalam pengupasan pertama ini dilakukan pekerja hanya sampai terlihat batang rel trem kuno tersebut.
Selanjutnya, pekerja kelompok selanjutnya akan mengupas lapisan beton dan aspal itu secara manual menggunakan palu, martil, linggis, cangkul dan alat-alat lainnya.
Pengupasan secara manual ini dilakukan agar rel trem kuno dapat diselamatkan dan untuk membuka semua struktur rel trem kuno tersebut dari tumpukan bebatuan dan aspal yang menutupi.
Kelompok pekerja lainnya akan membersihkan lebih detail lagi struktur jalur rel trem itu menggunakan peralatan yang disesuaikan dengan jenis pembongkarannya.
Para pekerja berupaya membuat rel trem kuno tersebut bersih dari aspal dan tumpukan tanah yang mengering keras di badan jalur rel. Pembersihan dilakukan sangat detail sehingga menghasilkan rel trem dengan jelas dan bersih.
Konstruksi pada rel trem kuno tersebut terdapat bantalan dari kayu jati untuk menguatkan kedudukan batang rel. Batang rel yang terbuat dari baja, arde atau grounding yang berfungsi untuk meneruskan arus korsleting ke bawah tanah agar tidak terjadi korsleting dan kebakaran dengan jaraknya setiap empat bantalan atau setiap satu meter.
Selain itu, terdapat baut yang bentuknya seperti topi dengan pinggiran berfungsi untuk menjepit bagian bawah batang rel agar bantalan tidak bergerak.
Setelah itu, ada namanya struktur rel kereta, baik kereta api maupun rel trem itu, terdapat pondasi. Pondasi salah satunya terdapat batuan-batuan kecil yang disebut balas atau batu-batu krakal.
Terlihat bantalan rel trem yang terbuat dari kayu jati, masih kokoh dan belum mengalami pelapukan.
Batang rel trem ini berasal dari Jerman buatan pabrik bochum. Pada batang rel tidak diperbolehkan pemotongan, jadi struktural batang rel trem dengan panjang 12 meter, sisi kiri 12 meter dan sisi kanan 12 meter.
Diketahui pada sepanjang jalur ketiga stasiun, PT MRT menemukan struktur rel trem yang sudah ada sejak tahun 1869. Arkeolog dari Universitas Indonesia Charunia Arni Lisa mengatakan, rel trem tersebut menjadi yang tertua di Asia.
"Rel trem ini pertama di Asia dan tertua di Indonesia," ujar Charunia Arni Lisa saat diwawancarai di lokasi proyek MRT Harmoni, Jakarta Pusat dilansir ANTARA, Rabu, 16 November.
Pada tahun 1869, masih ada rel trem untuk kuda dengan dua atau tiga gerbong yang ditarik oleh dua atau empat ekor kuda. Dengan beban yang begitu berat, sekitar 200 ekor kuda mati sehingga bangsa Eropa memprotes untuk meniadakan rel trem dengan kuda. Selain itu, wajah kota juga terlihat menjadi tidak bersih karena ditemukan kotoran yang bertebaran di jalanan serta orang Eropa merasa risih dalam satu gerbong bercampur baur dengan orang-orang yang dianggap di bawah kelasnya.
Setelah itu, timbul pemikiran untuk menggunakan tenaga uap yang lebih manusiawi dan tidak banyak, dalam istilah mereka "membunuh kuda". Kemudian rel trem uap itu mulai digunakan pada tahun 1889, lokomotif diimpor dari Jerman kemudian gerbongnya dari Belgia dan Belanda.
Lokomotifnya, yaitu menggunakan ketel uap yang diisi dengan tenaga uap bertekanan tinggi di setiap depo uap. Tetapi kelemahannya ketika pengisian itu sering terjadi ledakan. Akhirnya pemerintah Belanda saat itu berpikir untuk mengganti rel trem uap dengan rel trem listrik, tetapi tidak semua wilayah.
"Jadi yang kita lihat sekarang adalah sisa dari rel trem listrik, bukan rel trem uap atau rel trem tenaga kuda," kata Lisa.
Ketika di pintu besar selatan ditemukan bekas-bekas tapal kuda, dari awal abad 19 sampai sekarang sehingga kurang lebih 300 tahun sudah tersimpan selama ini.
Baca juga:
- Jokowi 2 Kali Serukan Hentikan Perang di KTT G20 Bali: Stop the War, I Repeat, Stop the War
- Potret Jokowi yang Sempat Berbincang dengan SBY dan Jusuf Kalla Saat Gala Dinner di GWK
- Umumkan Pencalonan Dirinya untuk Pilpres AS 2024, Donald Trump: Membuat Amerika Lebih Hebat Lagi
- Macron Gendong Bayi, Trudeau dan Rishi Sunak Ngobrol Santai di Art Cafe Bumbu Bali
Rel trem kuno berbahan baja peninggalan Belanda terlihat jelas, mulai dari persimpangan Harmoni hingga jembatan penyeberangan orang (JPO) Halte Transjakarta Harmoni. Tampak juga wesel perpindahan jalur rel trem kuno di persimpangan Harmoni.
Setelah rel trem ini dilepas, rencananya akan diserahkan ke Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD) dan disimpan sementara di pengumpulan PPD yang di daerah Jelambar.
Kemungkinan, yang pasti MRT akan meminta sebagian kecil untuk dipajang di bakal Stasiun Kota untuk sebagai pertanggungjawaban kepada publik.
PT MRT Jakarta memastikan rel trem kuno zaman kolonial Belanda yang ditemukan di area konstruksi CP202 akan direlokasi dengan baik. Dengan demikian kondisi rel itu tetap terawat seperti saat penemuan.
Rel trem ini ditemukan pada kedalaman 27 centimeter, dengan total terdapat lebih kurang 118 span rel atau sepanjang 1,4 kilometer yang akan direlokasi dan dilestarikan dengan baik.