Kanguru Mini Dilestarikan di Maluku Tenggara, Populasinya Kini Menurun di Hutan Pulau Kei

MALRA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maluku Tenggara (Malra) menyuarakan pelestarian kanguru mini. Satwa itu disebut juga sebagai kanguru pendek dan kanguru tanah, sedangkan sebagian warga menyebutnya sebagai Aha.

Dalam Festival Pesona Meti Kei (FPMK) 2022, kanguru mini pun dijadikan maskot oleh Pemkab Malra. Penggunaan kanguru mini sebagai maskot diharapkan membangun kesadaran masyarakat menjaga kelestarian satwa yang makin sulit ditemukan itu.

"Menjadi salah satu misi kita saat ini, yakni pelestarian hewan endemik, yakni kanguru mini yang dapat dijumpai di sejumlah hutan di Pulau Kei Besar, namun kini sulit untuk dijumpai atau berkurang sehingga kita jadikan maskot FPMK 2022," kata Ketua Panitia FPMK 2022 Budi Toffy di Langgur, Malra, dikutip dari Antara, Selasa 25 Oktober.

Keberadaan kanguru mini belum terdokumentasi dengan lengkap di Indonesia. Selama ini kanguru mini lebih dikenal di daerah Taman Nasional Wasur, Papua. Populasi kanguru di Maluku Tenggara juga belum pernah dihitung secara pasti.

"Iya, (kanguru) belum pernah didata," kata Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku Seto Purwanto ketika dihubungi.

Meski begitu, Seto mengatakan BKSDA Maluku pernah melepasliarkan seekor kanguru mini di daerah konservasi di Malra. Di Malra terdapat Cagar Alam Dab, tepatnya di Kepulauan Kei Besar dengan luas area 14.218 hektare.

Kawasan itu berfungsi untuk perlindungan dan pemanfaatan flora dan fauna salah satunya kanguru pendek kei. Selain itu, ada juga burung nuri kei yang hanya dapat hidup di kawasan tersebut.

Sementara itu, keberadaan kanguru pendek Kei di Maluku belum diketahui secara luas oleh masyarakat bahkan bagi warga di Malra. Warga yang pernah melihat kanguru mini itu biasanya adalah mereka yang berasal maupun tinggal di sejumlah desa (ohoi) di Kecamatan Kei Besar.

"Kanguru mini ini ada di wilayah tiga ohoi, yakni Reamru, Weduar dan Ohoituf," kata Grendi Rada, warga asal Ohoi Reamru.

Ia mengatakan, kanguru mini biasanya hidup berkelompok di daerah hutan dan pegunungan. Satwa itu paling sering terlihat saat musim angin timur, sekitar bulan Mei hingga pertengahan tahun, karena kanguru sering turun hingga ke daerah pesisir pantai.

"Uniknya saat pancaroba, atau sehari sebelum peralihan musim, kanguru itu sudah tidak terlihat lagi pasti sudah pergi ke pegunungan lagi," katanya.

Menurut dia, warga Kei Besar pada umumnya tidak mengganggu satwa tersebut, namun ada sebagian yang terpaksa memburunya ketika gelombang laut dan cuaca buruk saat musim timur membuat nelayan sulit melaut.

"Ketika musim timur warga sulit melaut sehingga memasang jerat untuk menangkap babi, tapi kadang dapatnya kanguru," kata Grendi seraya menambahkan kanguru yang terjerat juga ada yang akhirnya dipelihara warga.

Kace Ubro, yang juga warga Kei Besar, mengatakan tidak semua warga mengonsumsi kanguru mini karena merasa tidak tega.

"Dia terlalu lucu untuk dimakan," kata Kace.