NKRI Harga Mati, Wapres: Santri Anggap Mencintai Tanah Air Sebagian dari Iman
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengatakan santri terus berperan mengisi kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia sejak resolusi jihad pada 22 Oktober 1945.
Ma'ruf menyebutkan beberapa hal yang melandasi santri terus berperan bagi bangsa, salah satunya semangat mencintai Tanah Air yang merupakan sebagian dari pada iman.
"Pertama, semangat hubbul waton minal iman, mencintai Tanah Air dianggap sebagian dari iman. Makanya, dalam mars NU (Nahdlatul Ulama) disebut 'ya lal waton ya lal waton, hubbul waton minal iman, cinta Tanah Air bagian dari iman'," kata Ma'ruf saat acara Peringatan Hari Santri Nasional di Kantor Kemenko Polhukam Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat 21 Oktober.
Dengan semangat itu, lanjutnya, santri siap melakukan apa saja untuk membela, mempertahankan, dan memperjuangkan Tanah Air.
"Itu saya kira kenapa santri siap. Sampai mengorbankan nyawanya, siap untuk bangsa dan negara," ujar dia.
Baca juga:
- DPR Semprot PSSI Gelar Fun Football: Tidak Pantas 'Merayakan' Tragedi di Tengah Kuburan Korban Kanjuruhan yang Belum Kering
- MAKI Minta Firli Bahuri Tak Ikut IDI Cek Kondisi Lukas Enembe di Jayapura
- Alasan Polri Belum Gelar Sidang Etik Irjen Teddy Minahasa
- Terkenal Nasionalis, Duet Ganjar-Airlangga Dinilai Bisa Diterima Basis Massa Islam Pilpres 2024
Dia juga mengatakan santri memegang teguh dan menjaga kesepakatan. Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai landasannya merupakan kesepakatan nasional, katanya, maka hal itulah yang terus dipegang teguh oleh para santri.
"Kalau santri mengatakan NKRI harga mati, itu artinya memegang teguh kesepakatan nasional," tegasnya.
Oleh karena itu, kata Ma’ruf, santri menolak segala bentuk ideologi lain atau bentuk negara yang lain karena menyalahi kesepakatan.
Santri juga dituntut untuk memakmurkan bumi melalui pengembangan ekonomi, baik di bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, maupun perindustrian, dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Artinya, santri dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah para pendiri dulu memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, sekarang kita menjaga persatuan, menjaga ukhuwah, menjaga toleransi, serta memakmurkan dan membangun Indonesia menuju Indonesia maju dan sejahtera," tandasnya.