Sekolah Diminta Skrining dengan Cek Suhu Tubuh Cegah Penularan COVID-19 Saat PTM

JAKARTA - Ahli Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A(K) mengatakan bahwa sekolah harus melakukan skrining secara ketat guna mencegah penularan COVID-19 saat memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM).

"Ketika ada Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri itu tentang pembukaan kembali sekolah, di dalamnya tertulis syarat-syarat, artinya dimungkinkan tatap muka tapi tetap perhatikan prinsip kewaspadaan penularan COVID-19, di antaranya skrining," kata Ida dilansir ANTARA, Selasa, 18 Oktober.

Menurut Ida, skrining terhadap gejala demam merupakan salah satu upaya penerapan protokol kesehatan yang paling mudah dilakukan. Karenanya mengukur suhu tubuh siswa sebelum masuk ke area sekolah menjadi salah satu hal yang tak boleh dilewatkan.

"Yang paling mudah memang yang bergejala pada saat memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM), seperti demam, itu skriningnya cukup mudah. Artinya mereka yang demam dipisahkan (tidak boleh masuk)," ujar Ida.

Dia melanjutkan, siswa juga harus dipastikan menggunakan masker, apalagi jika dia mengalami gejala batuk.

Namun, menurut dia, jika memang siswa mengalami gejala maka sebaiknya tidak diperkenankan mengikuti pembelajaran di sekolah dan tetap di rumah sampai kondisinya membaik.

"Selama ini, yang sering terjadi adalah saking takut pelajarannya ketinggalan atau ada kegiatan yang harus diikuti, jadi anak saat tidak enak badan pun tetap memaksakan diri untuk sekolah. Padahal mungkin dia sedang dalam inkubasi atau dalam masa perkembangan di mana penyakit mudah menular ke orang sekitarnya," tutur Ida.

"Makanya sering dengar cerita sakitnya giliran. Kemarin temannya, kemarin lagi temannya. Nah, hal-hal semacam ini bisa kita hindari dengan melakukan skrining. Jadi kalau ada gejala stay di rumah dulu sampai membaik baru sekolah," katanya.

Ida juga mengatakan penting bagi sekolah untuk memiliki catatan dan membuat laporan jika ada sekelompok anak yang menunjukkan gejala yang sama dalam waktu yang sama. Dalam hal ini, kata dia, memerlukan kerja sama antara guru, orang tua, dan tenaga kesehatan.

Selain skrining, hal lain yang harus diperhatikan oleh sekolah, menurut Ida, adalah penyediaan fasilitas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

"Saya lihat syarat pembelajaran tatap muka di sekolah juga wajib menyediakan tempat cuci tangan. Guru juga berperan besar untuk mengingatkan kembali kepada murid-murid mengenai kebiasaan mencuci tangan. Sebelum masuk kelas, sebelum dan sesudah makan, cuci tangan harus dilakukan," kata Ida.