COVID-19 Varian Baru XBB Terdeteksi di Singapura, Komisi IX DPR Minta Pemerintah Tak Gagap Antisipasi

JAKARTA - Komisi IX DPR mewanti-wanti pemerintah agar tidak gagap dalam mengantisipasi munculnya subvarian baru dari COVID-19 Omicron bernama XBB. Subvarian ini sudah ditemukan di sejumlah negara, salah satunya Singapura.

Menurut anggota Komisi IX DPR, Irma Suryani Chaniago, subvarian yang paling kuat lolos dari vaksin ini menjadi ancaman anyar global, termasuk Indonesia.

Sebab itu, langkah antisipasi pemerintah harus lebih terukur karena punya pengalaman telah melewati masa pandemi yang panjang.

"Sampai saat ini varian baru COVID-19 ini memang masih terus menjadi momok, tetapi setelah kita melewati masa pendemi sangat panjang harusnya kita sudah tidak boleh lagi gagap dalam mengantisipasinya," ujar Irma kepada wartawan, Selasa, 18 Oktober.

Sembari menunggu antisipasi pemerintah akan munculnya XBB yang cepat menyebar, politikus Partai NasDem ini mengaku vaksinasi harus tetap digalakkan dan masyarakat tetap disiplin proses 3 M.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah fokus pada vaksinasi booster dan tetap mengambil langkah aktivitas dengan 3M di ruang ruang tertutup (indoor)," ujarnya.

Legislator dapil Sumatera Selatan ini pun mendorong vaksin produksi nasional segera dimanfaatkan untuk pervepatan vaksinasi. Sehingga, kata Irma, pemerintah pun tidak perlu lagi bergantung pada vaksin impor.

Selain itu, Irma juga mengingatkan Pemerintah untuk tetap memberikan informasi apapun terkait perkembangan masalah COVID-19 ke masyarakat agar dapat mawas diri serta menjaga setiap kesehatan dari ancaman COVID-19.

"Yang penting informasi pemerintah pada publik tentang perkembangan munculnya varian baru harus selalu dilakukan. Karena dengan demikian publik akan selalu waspada dalam menjaga kesehatannya masing-masing," kata Irma.

Sekedar informasi, baru-baru ini sebuah subvarian ditemukan dikenal sebagai XBB. XBB atau BA.2.10 merupakan evolusi dari strain subvarian BA.2 Omicron.

Dengan cepat XBB mendominasi kasus di Singapura sebanyak 54 persen pada awal bulan ini. Selain Singapura, virus ini juga telah terdeteksi di negara-negara seperti Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, dan AS sejak Agustus 2022.