Mengenali Penyebab dan Gejala Pembengkakan Jantung yang Jarang Disadari
YOGYAKARTA – Pembengkakan pada umumnya disebabkan oleh reaksi tubuh ketika terluka atau terinfeksi. Termasuk pada pembengkakan jantung, yang salah satunya disebabkan infeksi. Karena dapat memicu komplikasi dan gejala pembengkakan jantung sering tak disadari, maka cek penjelasan berikut.
Gejala pembengkakan jantung bervariasi, dilansir Cleveland Clinic, Selasa, 11 Oktober. Bagi sebagian orang, peradangan jantung dialami tanpa gejala. Beberapa yang lain, tak mengenali gejala bahkan ketika dialami sudah lama. Tingkat pembengkakan pun bervariasi, ini tergantung pada faktor dan penyebabnya.
Secara umum, pembengkakan jantung dikategorikan berdasarkan area yang bengkak. Berikut ketiga kategori pembengkakan jantung:
1. Endocarditis
Endocarditis yang memengaruhi lapisan ruang jantung yang dilalui darah dan katup yang mengontrol aliran darah dari satu ruang ke ruang lainnya. Kondisi tersebut, disebabkan infeksi bakteri yang menginfeksi lapisan katup jantung.
2. Miokarditis
Tipe pembengkakan jantung kedua, disebut miokarditis. Miokarditis memengaruhi otot yang bergerak ketika jantung memompa. Ini terjadi ketika otot jantung meradang sehingga lebih sulit dalam menjalankan tugasnya untuk memompa darah.
3. Perikarditis
Tipe ketiga, dikenal dengan perikarditis yang memengaruhi kantung di sekitar bagian luar jantung. Dua lapisan perikardium menjadi lebih tebal karena bengkak sehingga saling bergesekan dengan otot jantung.
Ketiga tipe pembengkakan jantung di atas, dialami secara acak. Orang usia berapa pun dapat mengalami radang jantung, tetapi lebih sering dialami oleh pria. Penyebab pembengkakan jantung, umumnya dialami oleh seseorang dengan diabetes, gangguan makan, dan HIV/AIDS. Bagaimana gejala pembengkakan jantung yang perlu diwaspadai sejak dini? Secara umum, peradangan jantung dikenali ketika mengalami gejala berikut:
- Sakit pada area dada.
- Sesak napas.
- Demam.
- Pada endokarditis, pasien mengalami sakit pada perut, kencing darah, dan berkeringat pada malam hari.
- Gejala pembengkakan jantung miokarditis, meliputi pembengkakan pada kaki, palpitasi jantung, dan kelelahan yang ekstrim.
- Gejala perikarditis, antara lain detak jantung cepat, nyeri dada yang akan sembuh ketika posisi duduk dan membungkuk ke depan.
Di samping disebabkan infeksi bakteri, pembengkakan jantung juga bisa disebabkan serangan virus. Gejala yang dialami, umumnya diawali dengan pilek, batuk, dan masalah perut. Secara lebih terperinci, ini penyebab pembengkakan pada jantung.
- Infeksi virus atau bakteri yang menyebabkan sebagian besar kasus peradangan jantung.
- Penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis.
- Tinggal dilingkungan tidak sehat, atau terkontaminasi timah.
- Mengonsumsi obat-obatan untuk depresi, pereda kejang, atau penurunan berat badan.
- Beberapa orang dewasa berusia muda, dilaporkan mengalami miokarditis setelah menerima vaksinasi COVID-19. Namun, sebagian besar pulih dengan baik setelah pengobatan yang terpantau secara medis.
Itulah kelima penyebab pembengkakan jantung. Pembengkakan jantung memerlukan pengobatan, baik yang kondisi ringan hingga berat. Karena tanpa pengobatan, peradangan dapat memicu komplikasi penyakit lainnya, seperti gagal jantung, darah menggumpal, irama jantung tidak normal, pingsan, masalah paru-paru, dan cairan jantung menumpuk.
Ketika mengalami gejala yang disebutkan di atas, penting bagi Anda untuk mendapatkan diagnosa medis setelah menjalani tes. Penyedia layanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik, merekam riwayat kesehatan, dan tes darah.
Setelah mendapatkan diagnosa, perawatan yang diberikan oleh pelayanan medis antara lain untuk mengurangi risiko serangan jantung, mengidentifikasi cairan sekitar jantung, dan memastikan jantung bekerja dengan normal.
Cara mengobati pembengkakan jantung, perlu dilakukan dengan prosedur medis. Biasanya, dokter ahli akan memberikan antibiotik, kortikosteroid, obat anti jamur, obat anti inflamasi, obat gagal jantung, dan pembuluh darah.
Untuk mengantisipasi agar tidak mengalami pembengkakan jantung, ahli menyarankan untuk merawat gigi dengan baik dan menjaga kebersihan kulit untuk mencegah infeksi. Selain itu, hindari konsumsi minuman beralkohol berlebihan serta mengonsumsi obat rekreasional.