COVID-19 Amerika Hingga Eropa Masih Tinggi, Menkes Sebut Varian Baru Pasti Muncul Lagi
JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut saat ini angka kasus COVID-19 di sejumlah negara masih tinggi, mulai dari Amerika, Jepang, hingga beberapa negara Eropa.
Tingginya kasus di negara-negara tersebut disebabkan oleh penularan kasus varian Omicron subvarian BA.4 dan BA.5.
"Memang kita lihat bahwa beberapa negara seperti Jepang, negara-negara di Eropa, di Amerika kasus konfirmasi hariannya itu mencapai di atas 100.000, bahan Jepang di atas 200.000 per hari," kata Menkes Budi usai rapat terbatas PPKM di Istana Kepresidenan, Selasa, 23 Agustus.
Dari tingginya kasus tersebut, Budi menyebut dalam beberapa waktu mendatang, dunia akan kembali dilanda gelombang COVID-19 lanjutan akibat munculnya varian COVID-19 baru selain varian yang sudah ada sekarang.
"Kasus konfirmasi harian setinggi ini pasti akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan timbulnya varian baru. jadi pasti akan ada varian baru, pasti akan timbul varian baru, karena adanya kasus konformasi setinggi ini," ujar Budi.
Sementara, saat ini perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia masih lebih rendah dibanding negara lain yang tengah melonjak.
Rata-rata kasus harian di Indonesia selama sepekan terakhir sekitar 4.683. Lalu, persentase kasus positif atau positivity rate mingguan berada di angka 9 persen. Kemudian, kasus aktif saat ini sekitar 48 ribu.
Menkes Budi menjelaskan faktor kasus di Indonesia lebih terkendali dari negara lain. Saat ini, rata-rata antibodi masyarakat terhadap virus corona berada pada level 98,5 persen. Angka ini meningkat dari 88 persen pada Desember 2021 lalu. Kemudian, level antibodi masyarakat Indonesia saat ini lebih dari 2.000 unit per mililiter.
"Memang terbukti populasi masyarakat Indonesia sudah sangat terlindungi dari level antibodinya. Itu sebabnya Kenapa untuk kasus gelombang BA.4 BA.5 yang di Jepang, Eropa, Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi yang tinggi sekali, di kita tidak. Karena level imunitas masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi," papar Budi.
Baca juga:
Namun Menkes menyebut bukan berarti Indonesia akan terbebas dari ancaman gelombang kasus COVID-19 berikutnya. Budi memperkirakan gelombang COVID-19 akibat mutasi virus yang baru nanti akan berlangsung 6 bulan mendatang.
"Sekarang ujiannya adalah 6 bulan lagi, sekitar Januari, Februari, dan Maret 2023," imbuhnya.