Dunia Hadapi Krisis Pangan, Bagaimana Kondisi Stok Beras Indonesia?
JAKARTA - Dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pandemi COVID-19 yang belum berakhirnya ditambah perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung berdampak pada sektor energi dan pangan dunia.
Kondisi ini membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir. Pasalnya, akhir-akhir ini dalam berbagai pernyataan publik dia menyinggung mengenai krisis pangan.
Jokowi mengatakan, ada 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan, dan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem.
Bahkan, ada 107 negera yang terdampak krisis sebagian diantaranya diperkirakan jatuh bangkrut.
Lalu, bagaimana kondisi ketahanan pangan Indonesia khususnya beras?
Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Perum Bulog Budi Cahyanto mengatakan, kondisi ketahanan pangan Indonesia khususnya beras aman.
Ia juga memastikan stok beras cukup sampai akhir 2022 dengan total 1,1 juta ton.
Budi mengatakan, stok beras tersebut sudah sesuai dengan ketentuan FAO dan juga sebagaimana yang rekomendasi Kementerian Pertanian.
Sementara berdasarkan rekomendasi analis dari Universitas Gadjah Mada bahwa dengan total jumlah penduduk Indonesia dibutuhkan 1 hingga 1,5 juta ton.
"Dan itu sekarang kita kuasai kita sebarkan di seluruh wilayah Indonesia. Itu untuk beras sendiri, saya pikir stoknya sangat kuat, sangat baik. Jadi kita sebenarnya tidak perlu khawatir," kata Budi dalam diskusi virtual, Jumat, 19 Agustus.
Alih-alih kekurangan stok pangan, kata Budi, Indonesia justru disebut perpulang untuk ekspor beras.
Hal ini karena Indonesia dinilai sebagai produsen beras terbesar kedua di dunia setelah China.
"Kita sebenarnya berpeluang untuk melakukan ekspor jangan lupa juga Indonesia itu sebenarnya merupakan produsen terbesar kedua di dunia untuk beras. Menurut saya sebenarnya Indonesia punya potensi untuk melakukan ekspor," jelasnya.
Budi mengatakan, jika Indonesia melakukan ekspor, beras yang dipilih adalah jenis yang hanya ada di Indonesia, sedangkan negara tujuan ekspor adalah Arab Saudi atau Malaysia.
"Kita orientasikan nanti ekspor beras yang kita lakukan adalah beras-beras yang memang khusus yang ada di Indonesia. Misalnya Pandan Wangi, Rojolele dan Mentik Wangi atau beras mentik yang memang barangkali itu tidak ada di dunia. Itu tantangan ke depan bagaimana Bulog bisa membuka peluang ekspor ke negara-negara yang memang membutuhkan," ujarnya.
Keinginan Bulog ini sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebelumnya, Jokowi mengungkapkan keinginannya agar Indonesia dapat mengekspor beras untuk membantu krisis pangan yang dihadapi dunia saat ini.
Baca juga:
- Cita-cita Pemerintah di Industri Keuangan: Aset Bank Harus Lebih Besar dari PDB Nasional
- Setelah Laba 2021 Menjadi yang Tertinggi Sejak Berdiri, PTPN V Lanjutkan Kinerja Positif: Enam Bulan Tahun Ini Untung Rp781 Miliar
- Belum Ada Alasan yang Jelas, Wings Air Milik Konglomerat Rusdi Kirana Setop Penerbangan Tanjung Selor-Balikpapan dan Sebaliknya
Keinginan tersebut berangkat dari Indonesia yang telah berhasil swasembada beras sejak 2019.
Hal ini disampikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2022, disiarkan dari YouTube Sekretariat Presiden.
"Kita mendapatkan sertifikat penghargaan dari International Rice Research Institute untuk sistem ketahanan pangan kita dan swasembada beras ini yang harus kita pertahankan dan kita tingkatkan. Sehingga tidak hanya swasembada beras, tetapi nanti bisa ekspor beras ikut mengatasi kelangkaan pangan di beberapa negara," katanya, Kamis, 18 Agustus.