Paling Banyak Menyasar ke Swiss, Ekspor Perhiasan Indonesia Capai 2,37 Miliar Dolar AS dalam Enam Bulan Tahun Ini
JAKARTA - Industri perhiasan menjadi salah satu sektor andalan dalam memacu perekonomian nasional melalui sumbangsih devisa dari capaian nilai ekspornya. Sepanjang Januari-Juni 2022, nilainya mencapai 2,37 miliar dolar AS.
Catatan tersebut melesat 92,68 persen dari periode sama 2021 sebesar 1,23 miliar dolar AS.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, negara utama tujuan ekspor perhiasan dari Indonesia antara lain Swiss (35 persen), Amerika Serikat (26 persen), Uni Emirat Arab dan Hongkong (masing-masing 11 persen)
“Trademap.org juga menyatakan market share ekspor perhiasan Indonesia ke dunia pada tahun 2021 adalah sebesar 2,5 persen dan menempati urutan ke–14 dari seluruh negara eksportir produk perhiasan. Market share ini naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa industri perhiasan Indonesia masih memiliki peluang untuk terus tumbuh dan berkembang dalam meningkatkan pangsa pasarnya,” papar Menperin dalam keterangannya, Jumat 19 Agustus.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi untuk terus menggenjot kinerja ekspor industri perhiasan dengan melihat kemampuan industri skala besar dan sedang yang mencapai 98 unit usaha, dengan lebih dari 21.000 tenaga industri di dalamnya.
Baca juga:
- BI Girang Neraca Perdagangan Indonesia Surplus: Ketahanan Eksternal Terjaga
- Menperin Agus Gumiwang Targetkan Ekspor Furnitur 5 Miliar Dolar AS di 2024
- Tak Puas Hanya Swasembada, Jokowi Ingin Indonesia Ekspor Beras Bantu Krisis Pangan Global
- Menko Airlangga: RAPBN TA 2023 Dorong Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan
Salah satu upaya Kemenperin mendukung pertumbuhan industri perhiasan dalam negeri adalah memfasilitasi keikutsertaan pada pameran berskala nasional dan internasional.
“Untuk menjaga momentum pertumbuhan ini, pemerintah tetap menjaga iklim usaha yang kondusif, salah satunya dengan memperbaiki rantai pasok industri perhiasan seperti mempermudah akses bahan baku,” kata Reni.
Upaya lainnya, yakni mendorong penurunan tarif bea masuk produk perhiasan di negara tujuan ekspor melalui pemanfaatan kerja sama perjanjian perdagangan internasional, termasuk mendukung adanya pameran produk perhiasan berskala internasional seperti JIJF 2022.
Kemenperin juga turut mendorong peningkatan akses pasar melalui media teknologi digital. Sebab, konektivitas secara nyata antara manusia, mesin dan data, telah memasuki semua lini kehidupan masyarakat. Teknologi digital yang berkembang dengan cepat ini telah mengubah kebiasaan masyarakat, salah satunya yaitu belanja melalui online marketplace.
“Hal inilah yang tentunya juga perlu dicermati oleh para pelaku industri perhiasan untuk bisa tetap kompetitif,” ujarnya.