Soal Harga Pertalite Bakal Naik, Menteri BUMN: Pertamina Belum Dapat Penugasan

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan sejauh ini belum ada penugasan yang diterima Pertamina soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Kenaikan harga BBM atau yang dia sebut pengurangan subsidi itu masih dalam pembahasan di lintas kementerian.

“Terus apakah rencananya pengurangan subsidi, itu juga kan masih dibahas belum ada putusannya. Jadi kan dari Kemenko, Menteri ESDM, dan Menkeu. Kalau putusan ada, baru ada penugasan di Pertamina,” katanya kepada wartawan di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 16 Agustus.

Kata Erick, bila memang sudah ada keputusan untuk menaikkan harga BBM pihaknya akan menunggu penugasan dari pemerintah. Saat ini, yang Erick tahu bahwa nilai subsidi BBM tinggi mencapai Rp502 triliun.

“Jadi sampai hari ini saya sebagai menteri BUMN belum mendapatkan keputusan seperti itu, saya tunggu saja,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan saat ini pemerintah tengah membahas rencana penaikan harga bahan bakar minyak jenis Pertalite sebagai respons atas tingginya harga minyak mentah dunia.

Arifin menyebut, rencana tersebut sudah dalam pembahasan dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

“Harga Pertalite lagi dibahas masih dikoordinasikan dengan Pak Airlangga,” ujar Arifin kepada media, Selasa 16 Agustus.

Ia menambahkan, pemerintah harus mengubah peraturan presiden (Perpres) No. 191 tahun 2014 terlebih dahulu sebelum keputusan itu resmi terbit menjadi kebijakan terbaru terkait perubahan harga bahan bakar.

Terkait kapan tarif baru akan berlaku, Arifin enggan berkomentar. Menurutnya, pemerintah akan mensosialisasikan terlebih dahulu mengenai rencana kenaikan harga Pertalite tersebut untuk mengurangi kepanikan berbelanja masyarakat.

Untuk informasi, hingga Juli 2022, konsumsi Pertalite telah menembus angka 16,8 juta kilo liter atau setara dengan 73,04 persen dari total kuota yang ditetapkan sebesar 23 juta kilo liter. Angka konsumsi yang tinggi itu membuat kuota Pertalite hanya tersisa 6,2 juta kiloliter.