Meski Terlihat Baru, Ponsel Rekondisi Sudah Jelas Barang Bekas
JAKARTA - Smartphone dengan harga murah jelas sangat menggiurkan. Tak peduli jika itu barang bekas atau smartphone hasil rekondisi.
Pengamat gadget Lucky Sebastian mengatakan, jika banyak pembeli tak mengetahui jika ponsel rekondisi sama saja dengan barang bekas yang pernah rusak. Sehingga kualitasnya tak sebaik dengan produk baru.
"Orang mencari kedua tipe barang ini karena utamanya masalah harga yang lebih murah. Rekondisi biasanya sering dibungkus casing baru, layar baru dan dus baru kemudian dijual sebagai baru, memiliki selisih harga yang cukup jauh dengan barang resmi yang baru, karena memang sebenarnya barang bekas tetapi banyak orang tidak tahu," ungkap Lucky saat dihubungi VOI, Senin, 16 November.
Sekalipun ada produk smartphone refurbished yang sudah barang tentu diperbaiki kembali secara resmi. Namun tak banyak vendor smartphone yang menjual gawai rekondisi ke pasar Indoneesia.
Baca juga:
Di samping itu, kata Lucky, penjualan smartphone rekondisi atau refurbished yang masuk ke Indonesia tergolong tidak resmi dan melalui jalur ilegal. "Karena tidak mengikuti aturan TKDN dan tidak memiliki izin postel atau SDPPI yang resmi berlaku."
Kendati dirinya tak menutup mata, jika penjualan ponsel rekondisi di pasaran masih menjamur. Lucky meyakini, jika penerapan aturan IMEI akan cukup menyulitkan pengecer atau distributor nakal ponsel-ponsel rekondisi.
"Karena sudah ada penerapan pembatasan IMEI. Agak terlalu mahal membayar pajak untuk mendaftarkan IMEI nya bisa berjalan di jaringan SIM lokal, walau celah mungkin saja ada," jelas Lucky.
Ditambahkan Lucky, jika merek-merek besar seperti Apple atau Samsung punya nilai plus yang menjadi daya tarik pembeli. Meskipun smartphone yang dibeli merupakan hasil refurbished.
"Ponsel rekondisi terbanyak merek Apple (iPhone) karena peminatnya banyak. Dianggap sebagai barang mewah dan bagus," ucap Lucky.
Selain itu ditekankan Lucky, jika memang terpaksa membeli ponsel rekondisi atau refurbished karena harga yang lebih murah. Lucky menyarankan agar pembeli sebaiknya memilih ponsel bekas pakai atau second hand, yang lebih umum di pasaran.
"Lebih baik membeli ponsel bekas, apalagi belum pernah diperbaiki. Karena ponsel rekondisi kebanyakan part nya bukan part asli dari pabrikan, tetapi part buatan pihak ketiga, seperti baterai, layar, dan lainnya. Sehingga kualitas dan keamanannya tidak lagi standar," tegas Lucky.