Helm Futuristik untuk Melindungi Diri dari Virus COVID-19
JAKARTA - Seorang desainer sekaligus pengusaha asal Canada, Yezin Al-Qaysi menciptakan sebuah pelindung dari virus corona atau COVID-19. Seperti bentuknya, jelas cara kerjanya juga beda dengan masker medis.
Mengutip BBC Internasional, Senin 16 November, meski sama-sama melindungi dari virus, helm yang dijuluki helm BioVYZR ini bisa menutupi kepala dan tubuh bagian atas sepenuhnya. Helm itu juga memiliki pelindung yang memanjang sampai ke dada penggunanya.
Selain itu, terdapat pula kipas bertenaga baterai dan sistem respirator filter dapat memurnikan udara yang tersedot masuk, dan mendorong udara di dalam helm keluar.
Pria berusia 32 tahun itu memiliki alasan tersendiri untuk membuat helm ini, karena menurutnya helm ini akan ditujukan untuk orang-orang yang mencari perlindungan lebih terhadap virus corona daripada hanya memakai masker.
Helm yang dibuat di bawah naungan perusahaan milik Al-Qaysi yakni VZYR Technologies itu dapat bertahan hingga 12 jam masa pakai baterai, dan saat ini total pemesanan telah mencapai angka puluhan ribu.
Tidak hanya VZYR Technologies, adapula Valhalla Medical Design yang berpusat di Austin, Texas, ia telah meluncurkan produk serupa bernama NE-1. Selain sistem penyaringan udara bertenaga, ia juga menyematkan mikrofon dan speaker internal dan eksternal, sehingga pengguna dapat lebih mudah berbicara dengan orang di sekitarnya.
NE-1 juga memiliki audio Bluetooth built-in, sehingga pengguna pun dapat melakukan panggilan telepon atau mendengarkan musik. Sebagai informasi, kedua helm tersebut rata-rata dijual dalam kisaran 149 dolar AS atau Rp2 jutaan hingga 379 dolar AS setara Rp5,3 jutaan.
Namun, banyak pihak yang meragukan kualitas kedua helm tersebut karena belum memiliki sertifikasi, dan menyangkal bahwa orang akan membutuhkannya hanya karena ingin terhindar dari kualitas udara yang buruk, bukan virus.
Direktur medis dari tim respons COVID-19 di Weiss Memorial Hospital di Chicago, Dr Suzanne Pham mengatakan kedua helm itu masih akan harus diteliti lebih lanjut, apakah benar dapat melindungi manusia dari virus.
"Masih harus dilihat apakah helm yang menarik ini efektif melawan COVID-19, karena saat ini tidak ada cukup penelitian di belakangnya," ungkap Dr Pham.
Menurut Dr Pham, helm ini dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat, "Ini akan menciptakan perpecahan dalam masyarakat antara mereka yang mampu membeli sesuatu yang tampaknya mungkin lebih melindungi mereka, dan mereka yang tidak mampu. Dan mereka yang tidak mampu akan memiliki pikirian 'Oh, apakah saya terlindungi hanya dengan memakai masker bedah?'."