Menerka Penyebab Marak Terjadi Begal Sepeda

JAKARTA - Aksi begal sepeda semakin marak terjadi. Baru-baru ini anggota TNI Angkatan Udara (AU) Kolonel Adm Ridwan Gultom yang jadi korban. Dia dibegal dan terjatuh dari sepedanya hingga tak sadarkan diri. Harta bendanya raib dirampas pelaku.

Polisi pun masih menyelidiki perkara tersebut. Tim penyelidik masih mencari informasi dari para saksi yang berada di lokasi kejadian untuk menungkap perkara yang terjadi pada Sabtu, 14 November, lalu.

"Ada saksi yang diperiksa di TKP tapi masih kita kumpulkan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombe Yusri Yunus, Minggu, 15 November.

Penyelidik juga masih mencari keberadan kamera CCTV di sekitar lokasi, Jalan Boulevard Bintaro Jaya, Kelurahan Perigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan.

"(Lokasi kejadian) tempat tebuka. Enggak ada gedung-gedung, makanya kita cek semua," kata dia.

Fenomena Begal Pesepeda

Terjadinya kasus begal ini, menambah jumlah tindak kejahatan yang menimpa para pesepeda. Sebelumnya, perwira TNI, Kolonel Pangestu Widiatmoko juga menjadi korban begal sepeda di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, 26 Oktober.

Begal sepeda ini berdampak pada kekhawatiran masyarakat ketika akan bersepeda. Padahal, tujuan besepeda untuk berolahraga dan menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan tidak mudah terserang penyakit.

Kriminolog dari Universitas Indonesia Ferdinand Andi Lolo berpendapat, maraknya aksi begal terhadap para pesepeda lantaran dianggap memiliki risiko yang lebih rendah bagi para pelaku.

"Pesepeda adalah sasaran yang relatif mudah," kata dia

Konteks lebih mudah, kata Ferdinand, karena para pesepeda tidak memilki kesempatan untuk melakukan pelawanan ketika para pelaku beraksi.

Berkaca pada beberapa perkara begal sepeda, para pelaku yang menggunakan sepeda motor saat beraksi dan memperlancar pelaku beraksi.

"Resistensi lebih rendah, karena kecepatan sepeda tidak sepadan dengan sepeda motor, dan korban terpecah konsentrasinya untuk menjaga keseimbangan pada saat serangan," ungkapnya.

Belakangan, muncul anggapan pelaku kejahatan mulai beralih menargetkan para pesepeda. Tapi, Ferdinand tak sepakat dengan anggapan tersebut sebab tak ada data tersebut.

Tapi, lanjutnya, kemungkinan besar, maraknya aksi kejahatan ini karena populasi pesepeda meningkat dengan pesat dan dianggap lebih kecil risikonya.

"Belum ada data yamg menunjukkan mereka (pelaku kejahatan) mengubah modus operandi," kata dia.

"Namun yang jelas begal sepeda menjadi marak karena populasi sepeda di jalan meningkat tajam dan kalangan penggunanya berasal dari strata sosial yang lebih beragam," sambungnya.

Ilustrasi (PIxabay)

Kesalahan Pesepeda

Di sisi lain, maraknya aksi kejahatan begal sepeda juga didorong oleh kesalahan para pesepeda. Salah satu contohnya dengan kebiasan menaruh barang berharga sembarangan.

Penasehat Komunitas Sepeda Bintaro Loop, Robertus Bougie Hartono berpandangan, para pesepada bisanya menaruh barang berharga di tempat-tempat yang mudah diambil oleh orang lain. Hal inilah yang membuka kesempatan para pelaku kejahatan utuk beraksi.

"Para begal mengamati bahwa pesepeda sering menaruh barang berharganya di kantong baju yang mudah sekali untuk dicuri pada saat pesepeda sedang lengah dan risikonya cenderung lebih rendah dibanding mencuri kendaraan bermotor," papar dia.

Kemudian, faktor pendorong lainnya soal banyaknya konten video yang menampilkan tentang harga sepeda yang cukup mahal. Hal ini juga yang menyebabkan para pelaku lebih memilih menargetkan pesepeda sebagai korban.

"Banyaknya liputan dan eksposur di sosial media seperti YouTube dan Instagram tentang harga sepeda yang mahal, sehingga masyarakat awam melihat bahwa pesepeda pasti adalah kaum menengah keatas," kata dia.