Model Pembangunan Kolam Limbah PLTU Teluk Sepang Bengkulu Dinilai Tak Sesuai Timbulkan Abrasi
BENGKULU - Kolam penampungan air tempat limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sepang Bengkulu sebelum dibuang ke laut lepas menyebabkan abrasi di sekitar pantai.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan, sistem pembangunan kolam pembuangan limbah PLTU batubara di Teluk Sepang itu tidak memperhatikan model arus laut di sepanjang pesisir Bengkulu.
"Jebolnya kolam air bahang membuktikan dokumen ANDAL yang disebutkan hakim PTUN mampu mengatasi semua dampak lingkungan, terbukti gagal. Hakim dalam hal ini keliru dan tanpa analisis yang komprehensif dalam menetapkan putusan," kata Ali di Bengkulu, dikutip dari Antara, Jumat 29 Juli.
Ia menjelaskan, laju abrasi pantai di sekitar pembuangan limbah air PLTU batubara Teluk Sepang Bengkulu lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Sebab abrasi tersebut terjadi dengan panjang lebih kurang 700 meter kiri kanan kolam pembuangan dengan ketinggian mulai dari 30 centimeter hingga 1,25 meter.
Limbah air bahang merupakan air laut yang telah digunakan dalam proses pendinginan mesin PLTU yang dibuang kembali ke laut, sehingga suhu permukaan laut mengalami peningkatan suhu dari suhu rata-rata laut.
Peningkatan suhu air laut dapat mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang dan biota laut yang rentan terhadap kenaikan suhu air laut, dimana suhu air bahang yang bisa dibuang ke laut mencapai 40 derajat.
Baca juga:
- Akhir Drama Mardani Maming, Terborgol dan Resmi Ditahan KPK Terkait Dugaan Suap dan Gratifikasi
- BPBD Sebut Bangunan Ambruk di Johar Baru Akibat Kelalaian Petugas Proyek Saluran Air
- Menanti Kedatangan Ibnu Khajar dan Ahyudin Cs di Bareskrim Polri Setelah Berstatus Tersangka, Apakah Bakal Ditahan?
- 1 dari 2 Eks Direktur Pingsan usai Ditetapkan Kejari Sebagai Tersangka Korupsi RSUD Pasaman Barat
Sementara itu, dosen Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu Deddy Bakhtiar menilai pergerakan ombak di laut Bengkulu membentuk sudut terhadap garis pantai sehingga terbentuk arus menyusur pantai yang mengangkut sedimen.
Dengan adanya bangunan berupa batu kolam pendingin air bahang, menyebabkan terhambatnya pergerakan arus sehingga mengganggu kestabilan sedimen dan berakibat terjadinya peningkatan laju abrasi yg parah di sisi kanan kolam.
Oleh karena itu, ia berharap pihak berwenang mengubah sistem pembuangan limbah dengan cara lain dan tidak membangun sesuatu tepat di bibir pantai.