Padahal Tembok Perbatasan AS dan Meksiko Bukan Ide Trump Sepenuhnya

JAKARTA - "Kami akan membangun tembok" merupakan jargon yang kerap dilontarkan Donald Trump saat berkampanye sebelum terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Ia berjanji akan membangun 450 mil tembok baru di perbatasan AS dan Meksiko. Ini menjadi salah satu kebijakan paling kontroversial di era pemerintahannya. Padahal Trump bukanlah orang yang pertama kali menggagas kebijakan pembangunan perbatasan seperti itu.

Trump tidak main-main dengan janji kampanyenya itu. Tembok itu ia bangun berikut infrastruktur tonggak penghalang, jalan, penerangan perimeter, kamera penegakan hukum dan teknologi lainnya. Bahkan di tengah pandemi, proyek terus berlanjut dengan kecepatan yang meningkat. Menurut Customs and Border Protection, sejauh ini 400 mil tembok perbatasan telah diselesaikan, dengan penghalang fisik setinggi 18-30 kaki. 

Menurut laporan The Guardian, konstruksi pembangunan tembok atau pagar pembatas sebagian besar dilakukan di lahan publik, seringkali lahan yang dilindungi. Namun Departemen Keamanan Dalam Negeri memiliki kewenangan luas untuk mengesampingkan undang-undang perlindungan lingkungan, seperti Undang-Undang Spesies Terancam Punah. Namun yang perlu kita ketahui, Trump bukanlah Presiden AS pertama yang membangun tembok pembatas antara AS dan Meksiko.

Pembangunan tembok pembatas pertama kali dimulai sejak pertengahan 1800-an, tepatnya pada 1845. Saat itu pembangunan sampai mencaplok wilayah Texas, penyerahan Meksiko atas California, dan sebagian besar wilayah Arizona dan New Mexico pada akhir perang Meksiko-AS pada 1848. 

Pembelian Gadsden pada 1853 juga mendorong perbatasan Arizona dan New Mexico lebih jauh ke arah selatan yang mana merupakan lokasi saat ini. Perjanjian 1848 tentang Guadalupe juga menetapkan Rio Grande sebagai perbatasan resmi internasional. Pembangunan tembok pun terus dilanjutkan hingga 1990-an. 

Bahkan pada 1996, Presiden AS Bill Clinton menandatangani Undang-Undang Reformasi dan Tanggung Jawab Imigrasi Ilegal. Undang-undang tersebut menaikkan denda bagi pendatang yang masuk secara ilegal dan menyetujui pendanaan lebih untuk patroli dan pembangunan tembok. 

Selain itu, kebijakan pembangunan pagar pembatas sempat dilakukan pada Pemerintahan Presiden George W. Bush. Ia meningkatkan keamanan AS pasca terjadinya peristiwa penabrakan pesawat di Menara Kembar pada 11 September. 

Mengutip The Washington Post, pada 2006 Presiden Bush menandatangani Secure Fences Act, menjanjikan pagar pembatas sepanjang 700 mil di perbatasan Meksiko-AS ditambah dengan pembangunan tembok melintasi seluruh perbatasan sepanjang 2.000 mil. Keputusan tersebut diizinkan oleh 80 senator termasuk Hillary Clinton, Barack Obama dan Charles E. Schumer.

Janji kampanye 

Trump menjadikan pengurangan imigrasi ilegal sebagai prioritas utama pemerintahannya. Hal tersebut juga telah menjadi bagian penting dari kampanyenya pada Pilpres 2020. 

Mengutip BBC, angka terbaru menunjukkan jumlah migran yang ditangkap di perbatasan selatan tahun ini turun dua kali lipat antara 2018 dan 2019. Secara khusus, jumlah anak-anak dan mereka yang bepergian dalam kelompok keluarga yang ditangkap di perbatasan turun secara signifikan dalam 12 bulan hingga Oktober, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Namun, seberapa besar penurunan jumlah ini menjadi hambatan baru. Para ahli imigrasi mengatakan penurunan tersebut kemungkinan besar merupakan hasil dari efek jera seluruh tindakan anti-imigrasi yang diperkenalkan oleh pemerintahan Trump. 

Mereka yang melarikan diri dari negara asal menemukan aturan suaka yang diperketat, dipaksa menunggu di kamp untuk waktu yang lama, dan menghadapi batasan baru pada jumlah pengungsi yang diterima di AS. Pemerintah juga telah mengadopsi prosedur darurat selama pandemi COVID-19 yang memungkinkan diusirnya para migran yang melintasi perbatasan, untuk kembali ke Meksiko.

"Efek apa pun yang dimiliki tembok fisik dalam mengurangi migrasi tidak sah tidak ada artinya dibandingkan dengan tembok birokrasi pemerintah," kata Sarah Pierce, analis kebijakan imigrasi AS di Institut Kebijakan Migrasi independen.

Dalih Trump

Selain itu, Trump telah mengklaim di masa lalu bahwa 90 persen heroin di AS berasal dari perbatasan selatan dan bahwa tembok akan membantu memerangi narkoba. Namun memperkuat dan memperluas penghalang perbatasan tampaknya tidak akan banyak membantu untuk mengurangi obat-obatan terlarang seperti heroin, kokain dan metamfetamin. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar datang melalui pos pemeriksaan perbatasan yang dikenal sebagai pelabuhan masuk.

Meski mayoritas heroin di AS memang berasal dari Meksiko, Drug Enforcement Administration mengatakan sebagian besar heroin disembunyikan di kendaraan milik pribadi atau truk pengangkut, dicampur dengan barang lain, dan diselundupkan melalui titik masuk resmi.

Jumlah obat-obatan terlarang - tidak termasuk mariyuana - yang disita di perbatasan selatan juga menunjukkan sebagian besar datang melalui pintu masuk resmi. Para pemasok obat-obat terlarang nekat melewati pintu masuk resmi dikarenakan tembok dan pagar pembatas. Karena mereka nekat melewati pintu perbatasan resmi, mereka memiliki risiko tinggi untuk terdeteksi, dicegat, dan ditahan.

Pembangunan tembok pembatas Meksiko-AS memang penuh kontroversial. Bahkan meskipun terus dilanjutkan selama berpuluh-puluh tahun, pembangunannya bakal banyak terganjal karena memakan biaya yang tak sedikit.