Ganjar Pulihkan 39,5 Persen Lahan Kritis di Jateng, Sudah Tanam 101 Juta Pohon
JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berhasil memulihkan 251.037 hektare lahan kritis di Jawa Tengah dengan melakukan reboisasi dan penghijauan di hutan negara dan hutan rakyat, sejak periode pertama menjabat pada 2014 lalu.
Kabid Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Soegiharto menuturkan, tercatat pada 2013, lahan kritis di Jawa Tengah mencapai 634.598 hektare.
Dalam kurun waktu delapan tahun, telah diupayakan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 251.037 hektare. Pada 2018 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah merilis data lahan kritis di Jawa Tengah tinggal 375.733 hektare.
“Secara umum di Jateng di kurun waktu 2014-2021, kita sudah menangani sekitar 39,5 persen dari luas lahan kritis yang tercatat di 2013. Itu di eranya Pak Ganjar di periode satu dan dua,” ucap Soegiharto dalam keterangan resmi Pemprov Jateng, Rabu 27 Juli.
Pemulihan lahan dan hutan tersebut, papar Soegiharto, sejak periode pertama pada 2014 hingga saat ini, telah ada sebanyak 101 juta batang pohon ditanam untuk reboisasi dan penghijauan di Jawa Tengah.
“Selama periode Pak Ganjar, sebenarnya beliau sangat menekankan bahwa aspek upaya pemulihan lingkungan ini sangat penting, salah satu visi beliau cintai lingkungan. Selama delapan tahun ini, sudah ada sebanyak 100 juta batang pohon yang ditanam untuk penghijauan dan reboisasi,” ujarnya, Selasa (26/7/2022).
Secara teknis, Soegiharto menerangkan, 101 juta pohon yang ditanam tersebut beragam jenis, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lahannya. Untuk rehabilitasi hutan dan lahan produktif, dipilih pohon seperti sengon, jati, mahoni, pinus, damar, jabon, suren, kayu putih, dan lainnya.
“Kalau untuk pelestarian dan sahabat air, kita pilih pohon gayam, aren, beringin, bulu, mangrove, ketapang, kepoh, dan lainnya,” ungkapnya.
Ditambahkan, gerakan tanam pohon tersebut, dilakukan Ganjar secara masif. Beberapa tahun belakangan, politisi berambut putih itu tak segan turun ke bawah, untuk mengajak masyarakat aktif menanam pohon.
“Kayaknya gerakan Pak Gubernur sangat masif dalam beberapa tahun terakhir turun ke bawah untuk mengajari kita menanam. Beliau tidak mau hanya seremonial. Saat ini, konteks kesadaran masyarakat sangat tinggi (menanam pohon),” lanjutnya.
Baca juga:
- Tangan Dingin Ganjar Pranowo Menata Jateng: Iklim Investasi Tumbuh Sehat Sampai Pengusaha Asal Taiwan Kepincut
- Bertemu Siswa SMKN 1 Bawang Banjarnegara, Ganjar Pranowo Ajarkan Ilmu Titen Siaga Bencana
- Petugas Pemadam Kebakaran Sebut Kepulan Asap di Plaza Senayan Berasal dari Travo Komputer Salah Satu Toko
- Wali Kota Bogor yang juga Politikus PAN Bima Arya Anggap Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil Duet Terbaik Pilpres 2024, Setuju?
Selain itu, Ganjar juga mampu menggandeng sejumlah pihak untuk turut serta dalam upaya pelestarian alam. Seperti Pemerintah Pusat, BUMN, CSR, dan komunitas-komunitas pecinta alam.
“Ini bersinergi dengan Pemerintah Pusat, BUMN dan lainnya saling bergandengan tangan. Karena memang ini tanggung jawab bersama,” paparnya.
Selain rehabilitasi lahan dan hutan, pihaknya juga berupaya melakukan perlindungan dan pengelolaan pada kawasan bernilai ekosistem, untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati, dan pemanfaatan secara lestari.
“Pada 2014 dilakukan percepatan pembangunan kawasan pelestari Alam Taman Hutan Raya KPAA Mangkunegara I yang berada di kawasan lereng Lawu, dan di tahun 2015 launching Kebun Raya Baturaden sebagai salah satu kawasan konservasi khusus untuk pengawetan tumbuhan,” imbuhnya.
Dijelaskan, konsep pengelolaan kawasan yang memadukan kepentingan konservasi keanekaragaman hayati, pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan dukungan logistik, telah diakui Unesco pada Oktober 2020. Yakni pengelolaan Cagar Biosfer Karimunjawa Jepara Muria, Merapi Merbabu, dan Menoreh.
“Untuk saat ini sedang menyiapkan pembentukan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) baru, antara lain KEE Hutan Petungkriono, Gunung Ungaran, Mangrove Cilacap, dan kawasan yang memiliki fungsi perlindungan dan nilai konservasi tinggi seperti Gunung Slamet, Gunung Muria, Gunung Prahu, Gunung Bismo, dan lainnya,” tandasnya.
Sebagai informasi, dari data Dinas LHK Provinsi Jawa Tengah, kawasan hutan negara di Jawa Tengah pada 2021 seluas 649.848,59 hektare. Hutan negara terdiri dari hutan konservasi 15.329,48 hektare, hutan lindung 83.705,94 hektare, dan hutan produksi 550.813,17 hektare. Sedangkan hutan milik rakyat diperkirakan seluas 640.393,88 hektare.