Waspada Penularan Virus Corona Baru Antarmanusia
JAKARTA - Virus corona baru yang menewaskan sedikitnya tiga orang dan menjangkit lebih dari 200 orang di China dapat ditularkan antar-manusia. Hal tersebut disampaikan langsung oleh seorang pakar kesehatan yang ditunjuk pemerintah China. Kabar tersebut memicu kekhawatiran baru mengingat jutaan orang China bersiap untuk melakukan perjalanan liburan Tahun Baru.
Zhong Nanshan, kepala tim yang dibentuk oleh Dinas Kesehatan Nasional China untuk menyelidiki virus corona baru, mengonfirmasi bahwa setidaknya dua kasus menunjukkan penularan dari manusia ke manusia. Staf medis yang sempat menangani penderita virus corona juga telah terinfeksi virus tersebut.
Pihak berwenang sebelumnya mengatakan bahwa virus corona jenis baru yang ditelusuri oleh petugas kesehatan China ke pasar makanan laut di Kota Wuhan, ditularkan dari hewan ke manusia. Namun dalam beberapa hari terakhir, dua orang telah terinfeksi virus corona meskipun tinggal ratusan mil dari Kota Wuhan. Dua orang yang berada di provinsi Guangdong tersebut adalah satu keluarga yang baru saja kembali dari Wuhan.
"Kasus-kasus saat ini menunjukkan pasti ada penularan dari manusia ke manusia," kata Zhong Nanshan kepada CCTV, saluran berita milik pemerintah China.
Zhong Nanshan tidak asing dengan penemuan virus baru. Pada 2003, Zhong menemukan virus SARS yang kala itu mewabah pertama kali di China. SARS menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan membunuh 774 dalam pandemi yang melanda Asia pada 2002 dan 2003. Sebelumnya pada Senin 20 Januari, otoritas China melaporkan bahwa jumlah kasus telah meningkat tiga kali lipat menjadi 218. Wabah telah menyebar ke Beijing, Shanghai, dan Shenzen, daerah yang jauhnya ratusan mil dari Wuhan.
Dikutip dari CNN, Selasa 21 Januari 2020, Thailand juga telah melaporkan dua kasus, sementara Jepang dan Korea Selatan melaporkan masing-masing satu kasus, menjadikan total kasus secara global menjadi 222.
Tiga kasus di luar China mengaku sebelumnya berpergian dari Kota Wuhan. Pada Senin 20 Januari 2020, Korea Selatan juga mengonfirmasi kasus pertama virus itu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea Selatan, seorang wanita asal China berusia 35 tahun terdeteksi dengan pemeriksa suhu pada Minggu 19 Januari saat tiba di Bandara Internasional Incheon, Seoul, dari Kota Wuhan. Wanita tersebut langsung dikarantina dan kini dalam kondisi stabil.
Wanita asal China tersebut merencanakan untuk pergi berlibur di Korea Selatan dan Jepang bersama lima orang lainnya. Dia mengatakan sempat menderita demam dan nyeri otot pada Sabtu 18 Januari dan diberi obat flu oleh dokter di Wuhan. Hampir 7 juta orang China diperkirakan telah melakukan perjalanan ke luar negeri selama musim liburan Tahun Baru Imlek.
"Saya percaya turis China akan membawa virus ke banyak negara lain di Asia dalam beberapa hari mendatang, karena perjalanan mereka ke luar negeri selama liburan Tahun Baru Imlek," kata Profesor David Hui Shu-cheong, seorang ahli pernapasan di Chinese University of Hong Kong.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (AS) mengumumkan tiga bandara di AS yaitu New York, San Francisco, dan Los Angeles mulai menyaring penumpang yang datang dari Wuhan untuk memeriksa tanda-tanda virus baru, mengikuti langkah-langkah serupa yang diambil oleh pemerintah di Asia.
Di Wuhan, termometer inframerah telah dipasang di bandara, stasiun kereta, terminal, dan dermaga untuk mengukur suhu penumpang yang meninggalkan Wuhan sejak 14 Januari. Langkah-langkah itu hanya diberlakukan lima minggu awal wabah merebak, namun masih banyak penumpang yang meninggalkan kota tanpa pemeriksaan.