Muncul Harimau di Permukiman Warga Mangsa Hewan Ternak, BKSDA Aceh Sebut Dipicu Terganggunya Sumber Makanan
ACEH - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyatakan konflik harimau dengan manusia di Aceh terjadi karena terganggunya sumber makanan satwa liar tersebut di habitatnya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Kamarudzaman bilang, ketika sumber makanan di habitatnya tidak ada lagi, satwa liar, seperti harimau, mencari ke tempat lain hingga memasuki permukiman penduduk.
"Eksistensi satwa liar tersebut adalah mencari makan untuk hidup. Ketika sumber makanan tidak ada lagi di habitatnya satwa liar tersebut mencari ke tempat lain dan masuk ke permukiman penduduk," katanya di Banda Aceh dikutip dari Antara, Rabu, 20 Juli.
Menurut Kamarudzaman, terganggunya habitat dan sumber makanan harimau maupun satwa liar dilindungi lainnya tersebut juga berdampak pada populasi.
Kamarudzaman mengaku tidak memiliki catatan lengkap berapa jumlah gangguan harimau di Aceh, khususnya wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh, meliputi kawasan pesisir timur dan dataran tinggi Aceh.
Meskipun begitu, katanya, konflik harimau dengan manusia sering terjadi, di antaranya di wilayah Kabupaten Aceh Timur dan beberapa kabupaten lainnya di provinsi itu.
"Gangguan harimau terakhir terjadi di Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, namun saya tidak bisa menanggapinya karena itu bukan wilayah kerja kami," kata Kamarudzaman.
Sebelumnya, seekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) ukuran dewasa dilaporkan memangsa dua ekor kambing ternak warga di Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan.
Kepala Resor Konservasi Wilayah 15 Tapaktuan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Wirli mengatakan satwa liar dilindungi tersebut dilaporkan memangsa kambing warga pada Jumat (15/7) waktu magrib.
"Harimau tersebut dilaporkan memangsa dua ekor kambing di sebuah kandang di belakang SDN 2 di Desa Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan," katanya.
Keberadaan harimau sumatra memangsa hewan ternak tersebut, membuat masyarakat setempat resah. Masyarakat juga diminta mewaspadai kemunculan satwa liar dilindungi tersebut.
Wirli mengatakan tim Resor Konservasi Wilayah 15 Tapaktuan BKSDA Aceh sudah turun ke lokasi harimau dilaporkan memangsa dua ekor kambing masyarakat tersebut.
"Tim juga sudah memeriksa lokasi serta memasang kamera pemantau. Jika nanti ditemukan keberadaan harimau tersebut, kami upayakan penggiringan kembali ke kawasan hutan," kata dia.
Wirli mengatakan bahwa masyarakat juga meminta pemasangan perangkap. Namun, pemasangan perangkap belum bisa dilakukan karena harus mendapat izin dari BKSDA Aceh.
"Jika sudah dapat izin, kami akan pasang perangkap harimau tersebut. Kami mengimbau masyarakat berhati-hati dan tidak keluar rumah apabila tidak ada keperluan penting. Kemudian, tidak ke kebun sendirian," kata Wirli.
Baca juga:
- Jawab Mardani Maming di Praperadilan, KPK Bakal Tegaskan Penetapan Status Tersangka Sesuai Aturan
- Lagi-lagi Istri Mardani Maming Tak Penuhi Panggilan KPK
- Kantongi Bukti dan Bekerja Sesuai Aturan, KPK Minta Hakim Tolak Praperadilan Mardani Maming
- Jadi Kuasa Hukum Mardani Maming, Bambang Widjojanto Mengundurkan diri Sebagai Anggota TGUPP Anies
Harimau sumatra merupakan satwa dilindungi di Indonesia. Berdasarkan daftar satwa lembaga konservasi internasional, IUCN, harimau sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatra, berstatus kritis dan berisiko punah di alam liar.