Mark Magsayo, Petinju Fenomenal Filipina Penerus Manny Pacquiao yang Pernah Jadi Si Miskin Penjual Es Krim
JAKARTA - Mark Magsayo kini menjelma jadi petinju asal Filipina yang fenomenal nan kaya raya. Sosoknya disebut bisa meneruskan kejayaan Manny Pacquiao dalam persaingan tinju dunia.
Namun siapa sangka karir Magsayo yang gemilang ini berawal dari tahap yang jauh dari kata layak. Ia tumbuh dari keluarga miskin di Filipina.
Segala cara dilakukan Magsayo untuk bertahan hidup, termasuk menjadi penjual es krim.
''Saya tumbuh dalam kemiskinan dan menjual es krim untuk bertahan hidup, tetapi sekarang saya adalah seorang petinju juara dunia yang menghasilkan kekayaan yang dikelola oleh istri saya,''kata Magsayo dikutip dari The Sun.
Nama Magsayo mendunia setelah menjadi juara dunia tinju kelas bulu WBC. Keberhasilan itu membuat Mark Magsayo juga menjadi oase bagi tinju Filipina selepas Manny Pacquiao pensiun.
Karir tinju Magsayo berawal di tahun 2003. Saat itu usianya masih delapan tahun. Magsayo kecil terinspirasi terjun ke ring untuk bertarung dengan sang legenda, Manny Pacquiao, yang baru saja melakukan satu dari dua pertarungan klasiknya dengan Marco Antonio Barrera.
Baca juga:
- Pengakuan Jujur Tyson tentang Masa Lalunya: Saya Memukul Don King karena Saya Mencintainya
- Golovkin Kecewa dengan Perilaku Canelo Jelang Duel Ketiga Mereka
- Cerita Oleksandr Usyk Ikut Perang Ukraina: Saya Berdoa kepada Tuhan Jangan Ada yang Membunuh Saya
- Jelang Duel Pekan Depan, Javi Fortuna Pertanyakan Masalah Kesehatan Mental Ryan Garcia
Pada usia 10 tahun, Magsayo yang masih berjualan es krim, memutuskan untuk mengubah fokusnya pada tinju. Dengan harapan, suatu hari nanti olahraga ini bisa mensejahterakannya.
Keputusan Magsayo ini ternyata mendapat tentangan dari sang ayah.
“Pada usia sepuluh tahun, saya berlatih keras, saya bangun pagi-pagi untuk berlari dan saya berlatih sepulang sekolah. Saya mulai bertinju,” kata Magsayo.
“Saya bertarung tiga kali dan saya kalah tiga kali dalam tiga pertarungan pertama saya. Ayah saya berkata kepada saya, 'Mark, berhenti bertinju'. Tapi tidak, saya masih muda, saya masih anak-anak dan saya berpikir untuk tetap berdedikasi,'' lanjutnyaMagsayo.
Tekad kuat Magsayo kemudian membawanya memenangkan lebih dari 200 pertarungan di amatir sebelum akhirnya menjadi profesional pada 2013. Petinju Filipina itu menang 11 kali dalam dua tahun sebelum melakukan debutnya di AS pada Juli 2015, mengalahkan Rafael Reyes.
Lima tahun setelah itu, hidup Magsayo berubah setelah bergabung dengan pelatih legendaris Freddie Roach. Roach adalah Hall of Famer yang memimpin Pacquiao ke supremasi pound-for-pound.
Keputusannya menjadi murid Roah dianggap sangat tepat bagi Magsayo karena hal ini bisa membawanya berlatih di WildCard Gym, tempat yang sama di mana PacMan menjadi pemain modern yang hebat.
“Itu juga impian saya untuk berlatih dengan Freddie dan pengalaman yang baik bagi saya. Sangat menyenangkan memiliki pelatih legendaris. Dia mengubah gaya saya, dia mengoreksi kesalahan saya dan saya pikir sebelumnya saya sudah tahu tinju ketika saya tiba di sini,” katanya.
Setelah menjelma menjadi petinju fenomenal dengan gelar juara dunia tinju kelas bulu WBC, Magsayo akan kembali ke Texas pada Sabtu, 9 Juli, untuk mempertahankan gelar WBC melawan Rey Vargas.