Seperti Vaksin Nusantara Besutan Dokter Terawan, Peneliti Prancis Uji Coba Sel Dendritik untuk Vaksin HIV

YOGYAKARTA – Vaksin Nusantara besutan mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, mengklaim bahwa Vaksin Nusantara ampuh menghadapi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Bahkan vaksin tersebut tak perlu suntikan dosis ketiga atau booster untuk mendapatkan daya tahan tubuh kuat dari paparan COVID-19. Uji klinis fase ketiga dilaksanakan dengan melibatkan 1.800 subjek sambil menunggu ijin edar alat kesehatan untuk membuat Vaksin Nusantara dari Kementerian Kesehatan.

Vaksin Nusantara merupakan vaksin yang berbasis sel dendritik. Sel dendritik adalah Antigen Presenting Cell (APC) terkuat tubuh manusia yang berperan dalam kekebalan tubuh. Di lain sisi, sel dendritik diuji coba di France’s Vaccine Research Institute untuk memerangi HIV/AIDS. Dengan merangsang sel dendritik, sistem kekebalan tubuh akan terbentuk, dilansir France Médias Monde, Senin, 4 Juli.

Proses dilakukan dengan menyuntikkan vaksin langsung ke sel seperti roket. Kemudian menghasilkan antibodi yang menempel pada fragmen HIV.

Ilustrasi seperti vaksin nusantara dokter Terawan, peneliti Prancis uji coba sel dendritik untuk Vaksin HIV/AIDS (Unsplash/Mufid Majnun)

“Pertama, kami menargetkan sel yang baik, kemudian kami mengejar potongan virus, dalam hal ini amplop HIV yang memungkinkannya masuk ke dalam tubuh,” terang Profesor Yves Levy sebagai direktur proyek penelitian ini.

Selanjutnya sel dendritik dirangsang untuk membentuk kekebalan. Targetnya, elemen yang baik dari sel yang baik pula sehingga tidak membutuhkan vaksin dalam jumlah besar, tambah Levy.

Sel dendritik berbentuk seperti tumbuhan atau pohon. Sel ini berkontribusi untuk memulai respons imun yang mampu beradaptasi dan berubah sesuai dengan ancaman. Pada infeksi HIV, sel dendritik sangat penting karena mempengaruhi transmisi virus dan mereka dapat membantu memodulasi respons antivirus.

Uji klinis proyek vaksin HIV/AIDS telah dimulai bulan April 2021. Sebelum dirilis, dilakukan fase ketiga. Pada fase pertama, peneliti menelusuri tingkat toleransi tubuh para relawan yang mengikuti penelitian ini. Menurut laporan, fase ini juga mengukur seberapa berpengaruhnya vaksin menghasilkan kekebalan. Penelitian juga bermitra dengan French National Agency for Research on AIDS (ANRS) dan French National Institute of Health and Medical Research (Inserm).

Uji coba melibatkan 72 orang. Peneliti juga menyiapkan vaksin terhadap varian COVID-19 menggunakan model penelitian yang sama. Yaitu dengan antibody diisi dengan bahan dari varian Afrika Selatan dan disuntikkan vaksin pada sel dendritik untuk merangsang respons imun.

Vaksin pencegahan HIV, penelitiannya dimulai sejak 2009. Tetapi menurut profesor imunologi klinis, Levy, kemanjurannya hanya 30 persen. Sejauh ini, sekitar 170.000 orang terinfeksi HIV di Prancis. Setiap tahunnya kasus baru ditemukan 6.200. Perawatan obat antiretroviral membantu memperlambat perkembangan HIV dan bekerja melawan HIV/AIDS. Tetapi obat ini tidak menyembuhkan survivor HIV/AIDS. Harapan ilmuwan tetap mengupayakan yang terbaik dalam mencegah HIV dan membantu mengobati.