BRIN Teliti Pencemaran Lingkungan di Daerah Industri dan Perkotaan
JAKARTA - Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir (PRTDRAN) Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang melakukan riset terkait pencemaran lingkungan daerah industri dan perkotaan berbasis teknik nuklir di Indonesia.
"Diharapkan riset ini dapat menjadi salah satu acuan berbasis teknologi mutakhir dalam merumuskan, mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dan terarah untuk mengatasi permasalahan pencemaran udara," kata Kepala PTDRAN ORTN BRIN Abu Khalid Rivai dalam keterangan dikutip Antara, Sabtu, 25 Juni.
Penelitian tersebut dilakukan secara bertahap selama lima tahun yakni pada 2020-2024. Pelaksanaan riset itu dilatarbelakangi akibat meningkatnya urbanisasi dan berbagai aktivitas transportasi dan industri berpotensi memiliki dampak pencemaran di udara.
Rivai menuturkan hasil riset tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk melengkapi dan menyempurnakan peraturan pemerintah terkait baku mutu kualitas udara ambien di Indonesia agar kualitas udara menjadi lebih baik dan langit Indonesia menjadi lebih biru.
Kondisi kualitas udara di Indonesia menurut Air Quality Live Index cenderung memburuk dalam dua dekade terakhir.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), 91 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah dengan tingkat polusi udara melebihi batas aman. Pencemaran udara itu memiliki dampak yang cukup signifikan pada gangguan kesehatan manusia, ekosistem, perubahan iklim dan pemanasan global.
Peneliti Ahli Utama PTDRAN Muhayatun Santoso mengatakan kegiatan riset yang dilakukan meliputi pelaksanaan sampling, karakterisasi, identifikasi dan kuantifikasi polutan lingkungan, dan kajian dampak kegiatan industri pada pencemaran lingkungan.
Ia menuturkan penggunaan Teknik Analisis Nuklir (TAN) untuk riset terkait pencemaran udara, seperti teknik Analisis Aktivasi Neutron (AAN), X-Ray Flourescence (XRF) dan Proton Induced X-Ray Emission (PIXE), sangat sesuai dan diperlukan dalam menganalisis sampel partikulat udara dengan massa yang sangat kecil.
Menurut dia, teknologi TAN memiliki kepekaan yang tinggi, simultan, selektif, dan limit deteksinya mencapai orde nanogram, mampu mendeteksi 20-30 unsur runutan, dapat menganalisis sampel partikulat udara dengan bobot yang sangat kecil serta dengan jumlah sampel yang cukup banyak.
Muhayatun berharap kelebihan teknik analisis nuklir tersebut diharapkan mampu menjadi solusi dalam permasalahan pencemaran lingkungan.
Kegiatan kajian dan pemantauan kualitas udara ambien yang telah dilakukan di berbagai kota di Indonesia dilaksanakan melalui kerja sama antara BRIN dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang melibatkan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi/Kota.
Sebanyak 17 kota yang terlibat dalam kegiatan ini yakni Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dengan dua lokasi, Medan, Pekanbaru, Palangka Raya, Balikpapan, Makassar, Manado, Ambon, Jayapura, Denpasar dan Mataram.
Kegiatan sampling dilaksanakan menggunakan peralatan pencuplik udara GENT dichotomous sampler.
Baca juga:
- Tentara Ukraina Mundur dari Kota Sievierodontesk, Kekalahan Telak atau Hanya Sekadar Atur Ulang Strategi?
- Akhir Pekan Mendag Zulhas Diisi dengan Sidak di Pasar Kramat Jati Monitor Harga Minyak Goreng Curah
- Kritik Anies yang Undang Tukang Bakso di Balai Kota, Hasto: Kok Baru Sekarang? Terlambat Bertemu Rakyat
Muhayatun mengatakan parameter utama pencemaran udara yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan adalah partikulat udara halus berukuran sangat kecil sampai orde mikro-meter yakni kurang dari 2,5 µm (PM 2,5).
Partikulat yang terdapat pada atmosfer umumnya berukuran hingga 50 µm, yang bervariasi waktu eksistensinya bergantung pada besar kecilnya ukuran.
Ia menuturkan partikulat udara halus umumnya terdiri dari partikel-partikel yang berukuran mikro berasal dari sumber antropogenik seperti kendaraan bermotor, pembakaran biomassa, dan pembakaran bahan bakar.
"Partikulat halus ini sangat berbahaya karena dapat berpenetrasi menembus bagian terdalam dari paru-paru dan jantung, menyebabkan gangguan kesehatan di antaranya infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular bahkan kematian," ujarnya.