Erick Thohir Pernah Pinjam Uang ke Rosan Roeslani karena Kesulitan Berbisnis hingga Hampir Bangkrut
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menceritakan, suka dukanya ketika merintis bisnis. Bahkan, Erick harus jatuh bangun sebelum bisnisnya sukses seperti sekarang ini. Ia juga pernah salah langkah dalam menjalankan bisnisnya, hingga sempat membuat perusahaannya terancam bangkrut.
Pada tahun 2004 hingga 2006, kata Erick, bisnisnya sedang mengalami kesulitan. Ia mengatakan, saat itu iklan yang ditayangkan di perusahannya hanya dibayar 30 persen pada tahap awal, dan 70 persen setelah iklan tersebut tayang. Hal ini membuat perusahaannya over ekspansi.
Saat itu, menurut Erick, pilihan yang harus diambilnya adalah mengurangi pegawai, menutup usaha, meminjam dana dari perbankan atau memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pilihan ini adalah bagian dari risiko yang harus diambil.
"Ya waktu itu memang saya harus melepas juga seluruh hobi-hobi saya, apakah waktu itu mobil tua, lukisan dan saya ingat juga saya pinjam uang secara pribadi waktu itu ke Mas Rosan dan almarhum Andre," katanya, dalam diskusi virtual, Rabu, 28 Oktober.
Baca juga:
Saat mengahadapi krisis, kata Erick, mau tidak mau pengusaha harus mengambil risiko untuk keberlangsungan bisnisnya. Risiko yang diambil akan berdampak pada kondisi perusahaan nantinya.
"Di masa krisis, kita harus berani ambil keputusan. Kalau kerja dengan hati, produk yakin ada, market tetap jalan, itu tantangan sebagai pengusaha. Kalau secara profesional, kita pikirkan risikonya. Kita sebaiknya ambil risiko," tuturnya.
Menurut Erick, krisis memaksa seluruh pihak termasuk pelaku usaha untuk menciptakan kesempatan baru dan bertransformasi ke arah yang lebih canggih.
"Saat krisis, ini ada kesempatan. Juga ketika krisis mau tidak mau harus go digital. Ada jenis pekerjaan yang hilang, dan justru ada yang baru juga," ucapnya.