FBI Selidiki Aksi Penipuan Kripto di LinkedIn
JAKARTA – Maraknya kasus penipuan kripto di media sosial yang kerap menjerat para investor lantaran tergiur pengembalian dalam jumlah besar, telah menjadi ancaman tersendiri bagi pihak berwajib.
Belum lama ini, Biro Investigasi Federal AS (FBI) bekerja sama dengan platform jejaring sosial LinkedIn untuk memerangi aksi penipuan atau scamming yang kerap beraksi di LinkedIn.
Para pelaku penipuan (scammer) tidak hanya beraksi di media sosial Twitter dan Facebook. Mereka juga beraksi di platform jejaring profesional LinkedIn. Karenanya FBI tidak mau berdiam diri setelah mengetahui masala tersebut.
Menurut agen khusus FBI Sean Ragan, aksi penipuan kripto di LinkedIn telah menjadi “ancaman signifikan” bagi platform tersebut.
“Aktivitas penipuan jenis ini signifikan, dan ada banyak calon korban, dan ada banyak korban di masa lalu dan saat ini,” ujar kata Ragan, dikutip CoinDesk.
Menurut laporan, para scammer akan berpura-pura menjadi seorang profesional dengan menggunakan profil palsu di LinkedIn untuk menghubungi para pengguna lain. Aksi penipuan itu biasanya dimulai dengan obrolan ringan kemudian mengarah ke tawaran investasi kripto.
Baca juga:
Setelah mendapat kepercayaan dari calon korbannya, scammer kemudian mengarahkan korban untuk menginvestasikan uangnya ke situs yang dibuat oleh penipu, lalu mereka menguras dana korban.
Sejumlah korban mengaku telah kehilangan dana sekitar 200.000 dolar hingga 1,6 juta dolar AS. Kasus penipuan investasi kripto di media sosial mengalami peningkatan signifikan, menurut FBI. Oleh karena itu, badan penegak hukum tersebut meningkatkan penyelidikannya. Namun Ragan tidak bisa berkomentar lebih jauh, karena kasus penipuan itu bersifat terbuka.
Pihak LinkedIn sendiri menyadari kasus penipuan kripto di platformnya telah meningkat signifikan. Karenanya mereka berupaya meningkatkan keamanan dalam platform sebagai bagian dari upaya memberikan perlindungan kepada pengguna.
“Kami bekerja setiap hari untuk menjaga keamanan anggota kami, dan ini termasuk berinvestasi dalam pertahanan otomatis dan manual untuk mendeteksi dan mengatasi akun palsu, informasi palsu, dan dugaan penipuan,” tulis pihak LinkedIn.
Dalam upaya tersebut, LinkedIn mengklaim telah menghapus lebih dari 32 juta akun palsu di platformnya pada tahun lalu. Platform juga menyatakan aksi penipuan investasi kripto itu menyasar para penduduk di kawasan Asia Tenggara. Kendati begitu, pihak LinkedIn tidak mengungkapkan berapa banyak kerugian yang dialami para korban di platformnya.