Uni Eropa Dinilai Plin-plan, RI Optimistis Menangi Gugatan Diskriminasi Sawit di WTO
JAKARTA – Pemerintah melalui Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga yakin Indonesia dapat meraih hasil positif terkait gugatan diskriminasi sawit dengan Uni Eropa atas kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II dan Delegated Regulation (DR) di organisasi perdagangan dunia WTO.
“Kita sedang nunggu proses karena sudah dilakukan dari tahun 2020. Saya ketua delegasinya. Disitu jelas posisi kita adalah mempertanyakan kenapa kelapa sawit kita diperlakukan secara diskriminatif,” ujar dia di Jakarta, dikutip Selasa, 21 Juni.
Menurut Jerry, RI secara tegas mempertanyakan kebijakan Uni Eropa yang melakukan blokade terhadap produk sawat Indonesia.
“Sebagai negara yang berdaulat kita memiliki hak untuk ekspor kemanapun kita mau, kemanapun kita tuju. Oleh karena itu sekali lagi yang kita kedepankan equality, kesempatan yang sama, equality dalam hal bisa memperjuangkan ekspor dan komoditas kita, yaitu salah satunya kelapa sawit,” tuturnya.
Jerry pun yakin, proses gugatan yang bakal terus berlangsung di semester kedua tahun ini bisa membawa angin segar bagi industri agro nasional.
"Kita optimistis bakal menang. Saya mungkin tidak bisa sampaikan seutuhnya mengingat ini masih dalam proses, tetapi intinya delegasi Indonesia posisinya kuat karena argumentasi mereka tidak kuat dan tidak berdasar apa hak mereka untuk mendiskriminasi,” jelas dia.
Bargaining position yang menguntungkan RI didukung pula oleh sikap Uni Eropa yang dianggap inkonsisten terhadap masalah sawit ini.
“Saya melihat Uni Eropa tidak konsisten. Kenapa? Karena mereka selalu menyarankan keterbukaan, perdagangan yang adil, keterbukaan. Nah, itu artinya semua komoditas berhak untuk di-trading atau berhak masuk. Ini kita mau pastikan semua berjalan sesuai dengan prinsip. Jadi saya yakin kita pasti menang dan itu arahan Pak Jokowi untuk berjuang demi kepentingan nasional,” tegas Jerry.
Baca juga:
Sebagai informasi, kebijakan larangan memasukan produk sawit dari Indonesia terekam dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut terjadi penurunan ekspor pada Mei 2022.
BPS mencatat jika ekspor Indonesia bulan lalu sebesar 21,5 miliar dolar AS atau menurun sekitar 21,2 persen dari April 2022.
“Komoditas minyak sawit mengalami penurunan akibat adanya larangan ekspor,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam paparannya pekan lalu.