Syekh Nawawi Al-Bantani Kakek Buyut Wapres Ma'ruf Amin Masuk dalam Kamus Bahasa Arab

JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengenang keteladanan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam menuntut ilmu dan menjadi tokoh yang diakui di dunia, saat menghadiri Haul Ke-129 Syekh Nawawi Al-Bantani di Pondok Pesantren Tanara, Banten.

"Salah satu yang patut kita jadikan teladan itu semangat beliau menuntut ilmu. Dari sini, kampung sini, beliau lahir kira-kira 50 meter dari sini, sebelah kanan, ada tandanya namanya Maulid Nawawi, untuk mengenang, di depan Masjid Agung Tanara," kata Wapres dalam sambutannya yang disaksikan secara virtual di Jakarta, Jumat 27 Mei.

Wapres mengatakan di masa sulit menuntut ilmu, berdasarkan laporan Antara, Syekh Nawawi Al-Bantani, yang merupakan kakek buyut-nya itu, mampu menuntut ilmu ke Makkah. Ilmunya itu diakui tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di dunia dan Timur Tengah.

Wapres menyampaikan, di Arab Saudi Syekh Nawawi dikenal dengan sebutan Pemimpin Ulama. Dalam kitab-kitab-nya yang dicetak di Mesir, Syekh Nawawi disebut sebagai ulama besar 14 hijriah.

"Dan banyak lagi sebutan-sebutan semacam itu," ungkap Wapres.

Bahkan, kata Wapres, nama Syekh Nawawi Al-Bantani masuk dalam sebuah kamus bahasa Arab terbesar al-Munjid, yang ditulis oleh seorang penganut agama Kristen asal Mesir bernama Louis Ma'luf.

Wapres mengatakan Syekh Nawawi bersama Presiden pertama Indonesia Soekarno menjadi dua orang Indonesia yang namanya masuk dalam kamus tersebut.

Bung Karno dalam kamus tersebut disebut tokoh politik yang memerdekakan Indonesia dari Belanda. Sementara Syekh Nawawi disebut sebagai seorang fakih mazhab Syafii, seorang ahli tasawuf dan seorang yang unggul di bidang tafsir.

"Beliau juga banyak karangan-karangannya disebutkan beberapa. Jadi keilmuan-nya memang diakui di dunia, bukan saja di Indonesia," paparnya.

Wapres mengatakan semangat kakek buyut-nya untuk menyusun kitab-kitab, sangat luar biasa, meliputi masalah akidah, menyangkut fikih, dan berikut tafsirnya. Wapres menekankan Syekh Nawawi juga tidak pernah lupa akan bangsanya.

"Beliau senantiasa tidak pernah lupa bangsanya. Beliau mengatakan, 'saya mengarang ini adalah untuk anak-anak bangsa ku'. Jadi dia memang membuat karangan yang memang juga sangat mudah di baca, sehingga menjadi rujukan di pesantren-pesantren, di Indonesia, di Malaysia, di mana-mana, bahkan di Mesir," pungkasnya.