Negara Miskin dan Jaringan Listrik Tak Stabil, Republik Afrika Tengah Luncurkan Investasi Uang Kripto

JAKARTA - Republik Afrika Tengah akan meluncurkan pusat investasi cryptocurrency legal pertama di benua itu. Menurut jubir kepresidenan negara itu,  ini dilakukan guna memperluas adopsi keuangan digital di negara miskin itu meskipun ada peringatan dari Dana Moneter Internasional.

Negara yang rusak karena konflik dalam negeri selama beberapa dekade, Republik Afrika Tengah, bulan lalu menjadi negara pertama di Afrika dan kedua di dunia yang mengadopsi bitcoin sebagai mata uang resmi. Ini menjadikan mereka menjadi sorotan dunia.

Pemerintah Rep. Afrika Tengah sendiri, sejauh ini hanya memberikan sedikit detail tentang logistik visi bitcoin-nya.

Inisiatif crypto "SANGO" yang segera diluncurkan negara itu memiliki situs web di mana investor yang tertarik dapat mendaftar ke daftar tunggu.

"Ekonomi formal tidak lagi menjadi pilihan," kata Presiden Faustin-Archange Touadera dalam sebuah pernyataan, Senin, 23 Mei seperti dikutip Reuters. "Birokrasi yang tidak bisa ditembus membuat kita terjebak dalam sistem yang tidak memberi kesempatan untuk bersaing."

Tidak ada indikasi kapan pusat investasi itu akan dibuka atau bagaimana operasinya nanti akan berjalan.

Langkah untuk mengadopsi bitcoin di negara di mana penggunaan internet rendah dan listrik tidak dapat diandalkan membuat heran para ahli kripto dunia. Bahkan anggota parlemen dan masyarakat di negara penghasil emas dan berlian itu juga bingung. Mereka semua mengingatkan peringatan dari Dana Moneter Internasional untuk lebih berhati-hati dalam keputusan ini.

Regulator perbankan regional Afrika Tengah untuk Komunitas Ekonomi dan Moneter enam negara Afrika Tengah juga mengirimkan peringatan tentang larangannya terhadap cryptocurrency, yang menyatakan larangan itu dimaksudkan untuk memastikan stabilitas keuangan.

Banyak aset crypto telah jatuh nilainya dalam beberapa bulan terakhir, sementara bitcoin turun 39% dalam delapan minggu dan kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak puncak 10 November sebesar 69.000 dolar AS (Rp 1 miliar).