Sindir Gagasan Pembentukan Tentara Eropa, Kremlin: Tidak Meningkatkan Keamanan dan Stabilitas
JAKARTA - Implementasi gagasan kepala diplomasi Eropa Josep Borrell untuk membentuk tentara Eropa tidak akan meningkatkan keamanan di benua itu, kata juru bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov.
"Kami tahu Tuan Borrel bukanlah pendukung metode diplomatik untuk menyelesaikan perselisihan," ujar Peskov Hari Senin seperti dikutip dari TASS 24 Mei.
"Bertentangan dengan jabatan yang dia ambil, dia terus-menerus dan secara terbuka menunjukkan komitmennya untuk bertindak dari posisi yang kuat," sambungnya, mengingat pernyataan Borrell bahwa masalah Ukraina harus diselesaikan di medan perang.
Tentang pernyataan Borrell yang mendukung pembentukan tentara Eropa, Peskov mengatakan, ide ini menyiratkan militerisasi UE dan meningkatkan potensi militer Ukraina.
"Inilah yang tidak akan mendorong keamanan dan stabilitas di benua Eropa," tukas Peskov.
Dalam blognya Hari Minggu, Borrell mengatakan bahwa Uni Eropa membutuhkan pasukannya sendiri untuk menjaga keamanannya. Menurutnya lingkungan keamanan saat ini adalah bukti nyata bahwa Uni Eropa harus memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk keamanannya.
Untuk ini, katanya, aliansi membutuhkan tentara Eropa yang up-to-date dan kompatibel, yang akan berusaha untuk membangun kemampuannya.
Pada Bulan Maret lalu, Uni Eropa mengumumkan mereka mengesahkan pembentukan 5.000 pasukan gerak cepat, independen dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), melansir The Washington Post.
Namun dalam membahas perkembangan itu Josep Borrell, dengan cepat mengesampingkan langkah yang lebih berani: "Kami tidak ingin membentuk tentara Eropa," katanya.
"Ini bukan tentang menciptakan tentara Eropa. Tetapi gawatnya situasi di Eropa Timur membuatnya lebih jelas dari sebelumnya bahwa itulah yang seharusnya terjadi. Mendirikan E.U. militer tidak hanya akan memberikan perlindungan penting dari agresi semacam yang dipamerkan di Ukraina; itu juga akan menjadi langkah logis berikutnya dalam integrasi Eropa."
Tahun lalu, Borrel menyebut Uni Eropa harus memiliki kemampuan mengirim kekuatan pasukan reaksi cepat, dalam jumlah signifikan untuk lebih siap menghadapi krisis masa depan.
Menurutnya, penting untuk Uni Eropa bisa menggerakan kekuatan reaksi cepat dalam jumlah signifikan, berkaca dari pengalaman penarikan besar-besaran pasukan Barat dan eksodus warga asing dari Afghanistan.
Baca juga:
- Pastikan Iran Balas Dendam Kematian Kolonel Garda Revolusi, Presiden Raisi: Saya Telah Setuju dan Tidak Ragu
- Akui Bersalah Tembak Warga Sipil Ukraina: Komandan Unit Tank Rusia Dijerat Hukuman Seumur Hidup, Minta Maaf ke Keluarga
- Sekutu Ingin Bekali Ukraina dengan Rudal Harpoon untuk Tembus Blokade Laut, Tapi Khawatir Pembalasan Rusia
- Gagal di Medan Perang Ukraina hingga Kapal Perangnya Ditenggelamkan, Presiden Putin Pecat Sejumlah Jenderal Senior Rusia
"Kita perlu mengambil pelajaran dari pengalaman ini. Sebagai orang Eropa, kita belum bisa mengirim 6.000 tentara di sekitar bandara Kabul untuk mengamankan daerah itu. AS sudah, kita belum," katanya, mengutip Reuters.
Borrell mengatakan, 27 anggota Uni Eropa harus memiliki 'kekuatan awal' yang terdiri dari 5.000 tentara, yang dapat dikirim dalam waktu cepat.
"Kita harus bisa bertindak cepat," tandas Borrell.
Sebelumnya, pada Bulan Mei lalu 14 negara Uni Eropa, termasuk Jerman dan Prancis, mengusulkan kekuatan semacam ini, tidak tertutup kemungkinan didukung dengan kapal perang dan pesawat tempur, untuk membantu pemerintah asing yang demokratis yang membutuhkan bantuan mendesak.