Masuk Kategori Wilayah dengan Stunting Tertinggi di Provinsi Bengkulu, Dana BOK di Mukomuko Naik 100 Persen
MUKOMUKO - Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Bengkulu menyebutkan, dana bantuan operasional kesehatan (BOK) untuk mencegah kekerdilan (stunting) pada bayi di bawah lima tahun (balita) naik 100 persen, dari Rp500 juta pada 2021 menjadi Rp1 miliar pada 2022.
"Dana BOK Puskesmas tahun 2022 naik, dari Rp13,2 miliar menjadi Rp13,8 miliar. Dana untuk pencegahan stunting pada balita naik 100 persen dari Rp500 juta menjadi Rp1 miliar," kata Pengelola Program BOK Sekretariat Dinkes Kabupaten Mukomuko Juni Triono di Mukomuko, Antara, Jumat, 20 Mei.
Menurutnya, dana BOK untuk pencegahan stunting pada balita tahun ini naik karena angka stunting di daerah ini tertinggi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2021, angka stunting tertinggi di provinsi ini ada di Kabupaten Mukomuko, yakni sebesar 10,38 persen.
Karena dana BOK untuk pencegahan stunting di daerah ini naik, sehingga bentuk kegiatan dalam rangka mencegah bayi kerdil pada tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Kalau dulu petugas Puskesmas mencari kasus, sekarang ada kegiatan intervensi untuk penanganan kasus sampai dengan pencegahan, sehingga banyak kegiatannya," ujarnya.
Sedangkan dana BOK untuk penanganan COVID-19 tahun ini turun dari sebesar 40 persen menjadi 12 persen."Dana penanganan COVID-19 dikurangi karena jumlah kasus COVID-19 di daerah ini turun drastis dibandingkan sebelumnya," ujarnya.
Selain itu, ada penambahan kegiatan baru yang bersumber dari dana BOK, yakni imunisasi Rubela pada anak-anak di tingkat lembaga pendidikan, yakni anak usia dini hingga sekolah dasar.
Ia mengatakan mayoritas dana BOK Puskesmas di daerah ini digunakan untuk kegiatan esensial, seperti pemberian makanan tambahan sebesar 60 persen dan penanganan COVID-19 sebesar 40 persen.
Baca juga:
Realisasi penggunaan dana BOK Puskesmas Kabupaten Mukomuko sejak Januari sampai Maret 2022, sebesar 12 persen dari total alokasi Rp13,8 miliar.
Realisasi penggunaan dana BOK rendah karena belum banyak kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas pada triwulan I, kegiatan mulai banyak pada triwulan ketiga hingga keempat.