Alasan Perlu Healing: Stres Berkaitan dengan Turunnya Tingkat Kesuburan pada Perempuan

YOGYAKARTA – Gaya hidup dengan tingkat stres tinggi, efeknya dibuktikan dengan sejumlah penelitian. Beberapa kondisi stres mungkin memberikan efek positif, menurut psikologi. Seperti eustress yang dialami ketika menerima tantangan menyenangkan atau menegangkan sehingga memicu produksi senyawa kimia baik dalam tubuh. Tetapi, stres juga dibuktikan memengaruhi kesuburan pada perempuan. Oleh karena itu, healing dibutuhkan.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Endocrine Society, Endocrinology, tikus betina yang terkena suara jeritan mungkin cadangan ovarium dan kesuburan akan menurun. Meski penelitian ini lingkupnya kecil, tetapi peneliti menghubungkan dengan apa yang terjadi secara umum.

Cadangan ovarium adalah potensi reproduksi yang tersisa dalam dua ovarium perempuan berdasarkan jumlah dan kualitas sel telur. Perempuan dilahirkan dengan jumlah sel telur yang terbatas dan tubuhnya tidak lagi memproduksi sel telur dalam kondisi tertentu. Seperti dipengaruhi oleh usia, hormon, bahkan kondisi emosional.

Ilustrasi stres dan tingkat kesuburan (Unsplash/Elisa Ventur)

Dilansir Neuroscience News, Kamis, 12 Mei, Wenyan Xi, Ph.D., dari rumah sakit afiliasi Universitas Xi’an Jiao Tong di Xian, Cina, mengatakan bahwa penelitiannya memeriksa efek stres pada cadangan ovarium menggunakan model suara jeritan pada tikus. Penelitiannya menemukan bahwa tikus betina yang terkena suara jeritan mengurangi cadangan ovarium dan menurunkan kesuburan.

Eksperimen dilakukan selama 3 minggu, menemukan suara jerita menurunkan kadar hormon estrogen dan Anti-Mullerian tikus. Estrogen adalah hormon yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan reproduksi. Sedangkan homon Anti-Mullerian merupakan hormon yang dibuat oleh ovarium untuk membantu pembentukan organ reproduksi.

Stres, pada manusia, khususnya pada perempuan berpotensi memengaruhi reproduksi ormal di ovarium karena jumlah atau kualitas sel telur yang tersisa lebih rendah. Xi menambahkan bahwa temuan dari penelitiannya terkait dengan berkurangnya cadangan ovarium pada perempuan.

“Penting untuk menentukan hubungan antara stres kronis dan cadangan ovarium karena hal itu dapat memperluas apresiasi kita terhadap keterbatasan intervensi klinis saat ini dan memberikan wawasan berharga tentang penyebab berkurangnya cadangan ovarium,” ungkap Xi.

Pada penelitian lain, membuktikan bahwa stres psikologis kronis menginduksi disfungsi reproduksi pada perempuan. Namun, efek spesifik berkaitan dengan cadangan ovarium masih kurang dilakukan sehingga membutuhkan penelitian komprehensif lebih lanjut.