Anak Buah Sri Mulyani Bicara Kenaikan Inflasi Inti, Senggol BI supaya Kerek Suku Bunga?

JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa laju inflasi pada April 2022 yang mengalami peningkatan menjadi 3,47 persen year on year (yoy) didorong oleh harga komoditas global dan menguatnya permintaan di masa periode puasa dan Lebaran.

“Hal ini mengindikasikan jika aktivitas ekonomi domestik yang lebih tinggi,” ujar dia dalam keterangan pers dikutip Selasa, 10 Mei.

Menurut Febrio, terjadinya inflasi di seluruh kota sampel menguatkan sinyal bahwa aktivitas ekonomi telah membaik di berbagai daerah.

“Inflasi inti yang naik mencerminkan daya beli masyarakat yang terus pulih di tengah tekanan harga global dan implementasi kenaikan PPN (Pajak Pertambahan Nilai),” tutur anak buah Sri Mulyani itu menjelaskan.

Adapun, pernyataan Febrio ini merupakan respon atas rilis Badan Pusat Statistik (BPS) perihal perkembangan level inflasi terbaru.

Dalam laporannya, BPS menyebut selain inflasi secara umum yang mengalami kenaikan, tingkat inflasi inti pada April 2022 juga mengalami hal serupa dengan catatan 2,60 persen yoy. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak Juni 2020.

Di sisi lain, inflasi inti adalah salah satu patokan utama Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan kebijakan suku bunga acuan yang saat ini berada dalam level terendah 3,50 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo sendiri sempat mengungkapkan jika bank sentral baru akan menaikan BI rate setelah adanya pergerakan inflasi inti pada tahun ini.

Untuk diketahui, otoritas moneter telah mempertahankan suku bunga acuan 3,50 persen sejak 2020 dengan pemangkasan enam kali secara gradual sebesar 150 basis poin. Jadi, apakah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tengah bulan ini akan mengambil keputusan mengerek BI rate?