Kenapa Ekspresi Wajah Meringis Saat Makan Makanan Asam? Ternyata Ini Alasannya
YOGYAKARTA - Mangga muda, belimbing wuluh, atau jeruk yang asam membuat sensasi gelitik dan secara alamiah membuat wajah berekspresi meringis. Sensasi rasa asam, ternyata tidak terbatas pada lidah saja.
Dikutip dari Mental Floss, rasa asam yang menusuk lidah adalah hasil kerja ion hidrogen yang dilepaskan asam ketika menyatu dengan air liur. Reseptor rasa akan menyala setelah menangkap info yang dramatis dari asam. Wajah Anda akan meringis tanpa sadar dalam apa yang dikenal dengan respons penolakan.
Reaksi lidah Anda terhadap makanan pahit atau pedas juga merupakan respons penolakan. Banyak tanaman yang ditemukan di alam dengan rasa ini beracun, dan reaksi kuat tubuh Anda adalah caranya melindungi Anda dari bahaya. Rasa asam muncul secara alami dalam buah-buahan seperti jeruk, tetapi dalam banyak kasus bisa menjadi peringatan penyakit bawaan makanan. Buah yang membusuk dan produk susu mengandung asam, yang memberi rasa asam juga.
Sulit untuk mengabaikan rasa asam dari apa yang Anda makan ketika itu mengubah seluruh ekspresi wajah Anda. Reaksi ini belum tentu cukup untuk membantu seseorang yang telah menggigit apel yang buruk, tetapi dapat melindungi orang-orang yang bersamanya. Ketika nenek moyang manusia purba mencari makanan, ekspresi wajah seringkali jadi acuan untuk memilah dan memilih makanan yang tak baik dimakan.
Baca juga:
Respons mengerut terhadap rasa asam membantu manusia purba menghindari sakit, tetapi itu tidak menghentikan kita dari makan makanan asam hari ini. Cita rasanya sangat dicari sehingga ada seluruh pasar permen yang dikhususkan untuk memaksimalkannya dalam produk olahan. Jadi mengapa kita suka makan sesuatu yang diperingatkan oleh wajah dan lidah bahwa makanan tersebut bisa membunuh kita?
Jawabannya adalah rasa yang didapat. Manusia pada dasarnya tidak mendambakan makanan pahit, pedas, atau asam, tetapi makanan dengan karakteristik ini merupakan komponen penting dari diet bergizi. Alih-alih mencintai rasa ini sejak lahir, kita dikondisikan untuk menikmatinya melalui paparan berulang. Dengan mengenal rasa melalui teman sebaya dan anggota keluarga kita, manusia secara bertahap mempelajari makanan asam (dan pahit dan pedas) mana yang sehat dan mana yang berpotensi berbahaya.