Ilmuwan Afsel Temukan Subvarian Omicron yang Berpotensi Picu Gelombang Baru COVID-19
JAKARTA - Dua subvarian virus COVID-19 Omicron mampu menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya dengan cukup baik sehingga bisa memicu gelombang baru, demikian temuan ilmuwan Afrika Selatan.
Namun demikian, kedua subvarian itu kurang mampu berkembang dalam darah orang yang telah menerima vaksin COVID-19.
Para ilmuwan dari berbagai institusi di Afsel menguji subvarian BA.4 dan BA.5 Omicron, yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dimasukkan ke dalam daftar pengawasan bulan lalu.
Mereka mengambil sampel darah dari 39 peserta studi yang sebelumnya terinfeksi Omicron ketika varian itu pertama kali muncul akhir tahun lalu.
Dari ke-39 orang itu, 15 di antaranya telah divaksinasi –delapan dengan vaksin Pfizer, tujuh dengan J&J– sedangkan 24 orang lainnya belum menerima vaksin.
"Kelompok tervaksinasi menunjukkan kapasitas penetralisasi sekitar lima kali lebih tinggi… dan seharusnya jauh lebih terlindungi," demikian menurut studi yang laporan pra-cetaknya dirilis akhir pekan ini, seperti dikutip Antara.
Baca juga:
- Airlangga Hartarto Persilakan Buruh Lapor Jika Belum Terima THR Idulfitri
- Pecalang di Denpasar Lakukan Patroli untuk Jaga Rumah Pemudik
- Buah Manis Pembangunan Infrastruktur, Bupati Bandung Sebut Macet Nagreg Saat Mudik Tak Begitu Parah
- Dirut PLN Pastikan Pasokan Listrik Selama Idulfitri Aman: Siaga 24 Jam
Pada sampel yang belum divaksin, ada penurunan hampir delapan kali produksi antibodi ketika terpapar BA.4 dan BA.5, dibandingkan dengan varian Omicron asli BA.1. Darah dari kelompok tervaksinasi menunjukkan penurunan tiga kali lipat.
Afsel kemungkinan akan memasuki gelombang kelima COVID lebih awal dari perkiraan, kata pejabat dan ilmuwan pada Jumat.
Mereka menyalahkan kondisi itu pada kenaikan infeksi berkelanjutan yang tampaknya dipicu oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Baru sekitar 30 persen penduduk Afsel yang berjumlah 60 juta orang telah menerima vaksinasi penuh.
"Berdasarkan kemampuan untuk menghindari netralisasi, BA.4 dan BA.5 berpotensi menyebabkan gelombang infeksi baru," kata studi soal subvarian COVID-19 tersebut.