Armenia-Azerbaijan Sepakati Gencatan Senjata
JAKARTA - Armenia dan Azerbaijan menyepakati gencatan senjata yang dimulai pada Sabtu, 10 Oktober. Dua negara saling menukar tahanan dan jasad korban tewas dalam konflik antara pasukan Azerbaijan dan pasukan etnik Armenia atas kawasan Nagorno-Karabakh.
Pengumuman itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Pembicaraan Armenia dan Azerbaijan merupakan kontak diplomatik pertama sejak pertempuran meletus pada 27 September dan menewaskan ratusan orang.
Gencatan senjata dimulai pukul 12.00 malam waktu setempat. Lavrov, mediator perundingan di Moskow, mengumumkan gencatan senjata pukul 03.00 waktu setempat setelah sepuluh jam perundingan dengan mitra Armenia dan Azerbaijan.
Lavrob mengatakan kedua musuh tersebut juga sepakat memulai pembicaraan penyelesaian konflik. Menurut Lavrov, Komite Palang Merah Internasional akan bertindak sebagai perantara dalam operasi kemanusiaan.
Diplomat senior Rusia itu tidak membeberkan informasi lebih lanjut. Namun Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama (OSCE) Minks Grup Eropa akan menjadi penengah bagi Armenia-Azerbaijan.
Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab Mnatsakanyan dan mitranya dari Azerbaijan Jeyhun Bayramov sepakat tidak bersuara kepada media. Tak ada kata yang keduanya sampaikan.
Daerah kantong pegunungan, Nagorno-Karabakh, berdasar hukum internasional masuk dalam wilayah Azerbaijan. Namun wilayah itu pecah dalam perang, saat Uni Soviet hancur dan dihuni serta dikendalikan oleh etnik Armenia.
Baca juga:
Pertempuran baru dalam konflik puluhan tahun itu memunculkan kekhawatiran perang yang lebih luas di Turki, sekutu dekat Azerbaijan, dan Rusia, yang terikat pakta pertahanan dengan Armenia. Pertempuran itu juga meningkatkan keprihatinan soal keamanan saluran pipa yang membawa minyak dan gas Azerbaijan ke Eropa.
Situasi saling serang tersebut merupakan yang paling terparah sejak perang 1991-1994, yang menewaskan sekitar 30 ribu orang dan berakhir dengan gencatan senjata yang kerap dilanggar. Azerbaijan, pada Jumat mengatakan 31 warga sipil mereka tewas dan 168 lainnya cedera sejak 27 September. Pihaknya tidak mengungkap informasi korban jiwa di kalangan militer.
Sementara, Nagorno-Karabakh menyebutkan bahwa 376 personel militer mereka dan 22 warga sipil tewas sejak dimulainya konflik.