Jelang Lebaran Kenaikan Laba PT Pegadaian Rp2,42 Triliun: Uang Bisa Dicari tapi Kenangan Susah Diganti
JAKARTA - “Uang bisa dicari, kenangan susah diganti, gadai aja dulu!” Begitulah bunyi iklan PT Pegadaian di sebuah papan reklame di Jakarta.
Pegadaian ternyata sangat memahami bahwa pulang kampung atau mudik bagi masyarakat Indonesia sangat penting. Hasrat untuk mudik tahun ini lebih besar, mengingat kegiatan rutin setiap Lebaran ini dilarang selama dua tahun akibat COVID-19.
Direktur Human Capital Legal dan Compliance Pegadaian, Ridwan Arbian Syah memastikan aset nasabah yang dititipkan di PT Pegadaian aman dari tindak kejahatan selama masyarakat berada di kampung halamannya.
Ridwan mengatakan, masyarakat dapat lebih tenang ketika berlebaran karena pegadaian selama libur panjang ini meningkatkan keamanan outlet-ouletnya.
“Pengamanan dilakukan dengan sistem organik, nonorganik dan diberikan perlindungan asuransi,” kata Ridwan dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip Antara, Kamis 28 April 2022.
Ridwan menyarankan bagi masyarakat yang ingin melakukan transaksi selama liburan, dapat memanfaatkan aplikasi Pegadaian Digital untuk Pegadaian Konvensional.
Tahun ini Pegadaian ikut berpartisipasi dalam program “Mudik Aman Mudik Sehat Bersama BUMN 2022”, dengan memberangkatkan pemudik ke delapan kota Pulau Jawa, yaitu yaitu Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Solo, Madiun, Malang, Gresik, dan Surabaya. Mudik bersama Pegadaian menggunakan 20 armada bus yang diberangkatkan dari kantor cabang Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur.
Libur panjang seperti Lebaran selalu dimanfaatkan masyarakat untuk mudik, karena merupakan momen perayaan hari besar. Pastinya itu membutuhkan sumber dana tambahan dibandingkan hari biasa.
Keuntungan Rp2,42 Triliun
Walau kondisi perekonomian Indonesia secara umum masih dalam posisi negatif, namun PT Pegadaian mencatatkan pertumbuhan positif selama periode 2021. Data memperlihatkan naiknya laba perusahaan sebesar 20 persen atau Rp2,42 triliun pada 2021, dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp2,02 triliun.
Naiknya laba perusahaan juga karena strategi efisiensi yang dilakukan oleh manajemen dan seluruh jajaran insan Pegadaian. Ketika terjadi penurunan pendapatan merupakan dampak dari kinerja operasional yang kurang menguntungkan, maka efisiensi menjadi solusi yang dipilih agar perusahaan tetap survive hingga meraih kenaikan laba.
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga dapat menekan beban usaha pada tahun 2020 sebesar Rp19,17 triliun menjadi Rp17,40 triliun pada tahun 2021.
Strategi ini dianggap cukup efektif karena pendapatan usaha tahun 2020 mencapai Rp21,96 triliun, namun 2021 terkoreksi menjadi Rp20,63 triliun.
Sementara itu turunnya harga emas pada 2021 sebesar Rp827.107 dari tahun 2020 pada periode yang sama di Rp835.700, ikut mempengaruhi laba perusahaan.
Hal tersebut berdampak pada penurunan Outstanding Loan (OSL) per 31 Desember 2020 sebesar Rp56,8 triliun ke Rp51,9 triliun pada 2021. Itu disebabkan 98 persen barang yang dijaminkan nasabah adalah emas, dalam bentuk perhiasan ataupun emas batangan.
Sisanya berupa kendaraan roda dua, roda empat dan barang-barang eletronik seperti televisi, ponsel, atau laptop. Semua mengakibatkan efek yang signifikan terhadap performa perusahaan Pegadaian ini, seperti dikutip dari situs Pegadaian pada Kamis 10 Februari 2022.
Sepanjang tahun 202l lalu, perusahaan juga aktif meluncurkan program-program memberdayakan masyarakat melalui restrukturisasi, relaksasi, diskon bunga, kegiatan sosial hingga meluncurkan produk gadai peduli atau gadai tanpa bunga bagi pinjaman maksimal Rp1juta. Program itu dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada seluruh masyarakat.
Baca juga:
- Perbedaan Penetapan Hari Raya Idulftri: Sudah Waktunya Pemerintah Memilih Kriteria Tunggal
- Pekerja Migran Indonesia Mudik Lebaran: Penyumbang Devisa Negara yang Harus Terus Ditingkatkan Daya Saingnya
- Gunung Anak Krakatau Meletus: Masyarakat Jangan Dibuat Bingung Soal Kemungkinan Tsunami
- Mudik Pakai Sepeda Motor Jadi Pilihan karena Murah dan Jumlah Angkutan Gratis Lebaran Tak Sepadan
Sedangkan untuk jumlah transaksi melalui aplikasi digital selama 2020 sebanyak 3,40 juta transaksi, lalu pada 2021 naik 49,24 persen menjadi 5,09 juta transaksi. Terjadi peningkatan transaksi dari 2020 sebesar Rp5.09 triliun naik 35,73 persen menjadi Rp6,91 triliun di 2021.
Dampak dari penggunaan kenaikan transaksi digital ini adalah penurunan biaya operasional, seperti pengurangan pemakaian kertas dan waktu layanan yang lebih cepat. Demikian juga dari sisi data yang lebih akurat dan real time.
Pegadaian terus mendorong nasabah untuk menggunakan aplikasi Pegadaian Digital. Saat ini baru sekitar 20 persen dari total nasabah yang familiar dengan aplikasi tersebut.