Ayah dari 19 Anak Ini Namai Bayi yang Baru Lahir 'Cukup' karena Sudah Kebanyakan
JAKARTA - Seorang ayah dengan dua istri dan 19 anak menamai bayinya yang baru lahir Yeter - yang artinya 'cukup'.
Zeher Gezer, yang tinggal di kota Diyarbakir di provinsi Turki tenggara dengan nama yang sama, telah menjadi ayah dari 19 anak dengan dua istrinya.
Meskipun dia dan istrinya mencintai keluarga mereka, dia mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan keluarga butuh perjuangan. Dengan adanya pandemi COVID-19, ia tidak punya pekerjaan sehingga kesulitan memberi makan keluarganya.
Melansir Daily Star, Kamis, 8 Okrober, di Turki, poligami adalah ilegal tetapi dimungkinkan untuk mengatasinya dengan hanya menikahi istri kedua secara agama. Tetapi tidak mendaftarkannya secara administrasi.
Baca juga:
Seorang pria yang ingin memiliki lebih dari satu istri akan menikah secara Islami, tetapi bukan perkawinan kantor catatan sipil, kemudian hidup bersama sebagai suami istri, sambil pada saat yang sama menghindari sanksi hukum.
Ibu anak-anak, Dilber dan Ikramiye Gezer, keduanya mengatakan mereka senang dengan pengaturan tersebut meskipun awalnya mereka tidak akur. Sekarang mereka seperti saudara kandung dan bahkan saling mendukung di rumah yang ramai.
Istri pertama Zeher, Dilber, ibu dari 10 anak, berkata: “Awalnya saya cemburu dengan istri barunya dan bahkan sedikit sedih, tapi sekarang kami seperti saudara.
“Dia punya anak dan saya juga. Anak-anaknya adalah anak saya dan anak saya adalah anaknya.”
Kesulitan keuangan artinya keluarga ini sering tidak punya cukup makanan. Ini juga berarti bahwa empat anak perempuan dan satu anak laki-laki mereka tidak dapat bersekolah. Salah satu anak perempuannya bahkan harus berhenti sekolah dari kelas 7 karena tidak ada biaya.
Zeher mengatakan dia berharap untuk menafkahi keluarganya sendiri, tetapi kehilangan pekerjaannya karena pandemi COVID-19.
Dia menambahkan: "Jika saya tahu ini akan terjadi, saya tidak akan punya begitu banyak anak."
Ke-19 anak tersebut, yang kerap harus tidur tanpa makan, berharap pihak berwenang setempat mengulurkan tangan.
Zeher berkata: “Saya memohon kepada negara, perdana menteri, dan presiden. Kami membutuhkan mereka untuk melindungi kami. Kami hidup sengsara, jika kami tidak segera mendapatkan bantuan, kami semua bisa mati kelaparan.”
Kasus ini memicu diskusi hangat di media sosial. Warganet membuat referensi rasis tentang fakta bahwa keluarga tersebut adalah keturunan etnis Kurdi.
Ada permusuhan tersembunyi antara negara Turki dengan etnis Kurdi yang merupakan 15-20 persen dari keseluruhan populasi Turki. Etnis Kurdi mendapat perlakuan kasar di tangan otoritas Turki selama bergenerasi.