Pemprov Sumbar Ingin Latih Anak Muda untuk Kelola Sampah dan Hasilkan Uang
KUBUK BASUNG - Pemerintah Kabupaten Agam menyatakan pengolahan sampah organik secara mandiri bisa menjadi salah satu solusi untuk menangani dan mengurangi volume sampah di pasar, salah satunya Pasar Padang Luar.
"Jika sampah organik diolah dengan baik, volume sampah harian di Pasar Padang Luar yang biasanya mencapai 15 ton bisa diminimalkan, sehingga biaya angkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa ditekan," kata Gubernur Sumbar Mahyeldi saat memimpin Safari Ramadan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar di Masjid Jami' Nagari Padang Lua, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Rabu 20 April malam.
Mahyeldi mengatakan pihaknya akan membantu memberikan pelatihan pengolahan dan daur ulang sampah bagi masyarakat dan pedagang di Padang Lua.
"Rencananya melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Dinas Lingkungan Hidup, kita akan melatih pemuda di sini supaya sampah-sampah organik ini bisa diolah dan menghasilkan," ujarnya dikutip Antara.
Menurutnya, hal itu bisa menjadi solusi berkelanjutan yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga memberi nilai tambah bagi warga. "Nanti hasil pengolahannya menjadi tiga, yaitu menjadi pupuk organik, pakan ternak, dan media budi daya magot. Jadi, tidak terbuang percuma," katanya.
Selain pelatihan, juga akan diberikan bantuan berupa alat pencacah sampah agar pengelolaan sampah tak berhenti hanya sampai pelatihan, namun berlanjut hingga penerapan.
Baca juga:
- Dugaan Pelanggaran Etik Lili Pintauli Jadi Sorotan, Ketua DPR: Kita Tunggu Penjelasan KPK
- MAKI Desak Direktur Gratifikasi KPK Tolak Lili Pintauli Jika Laporkan Penerimaan Akomodasi dan Tiket MotoGP Mandalika
- Saat Dewan Pengawas KPK Pastikan Penanganan Dugaan Gratifikasi Lili Pintauli Tak Ditutup-tutupi
"Ini nanti dengan PMD dan Lingkungan Hidup, akan kita latih dan bantu alatnya. Kita bantu pencacahnya, sehingga nanti bisa diwujudkan ketiga produk tadi," ucapnya.
Guna meyakinkan warga, ia membagikan kisah sukses budi daya magot di Kampar, Riau, yang digagas mantan Bupati Kampar Jefry Noer.
Ia menyebut magot yang dibudidayakan dalam ruangan sebesar kurang lebih 10x10 meter menggunakan media hasil olahan sampah organik di Kampar memberikan hasil hingga Rp2,4 juta per hari. "Itu baru satu lapis dalam ruangan seluas sepuluh kali sepuluh. Masih bisa dibuat jadi empat sampai lima lapis. Bayangkan kalau lima lapis, berarti lebih dari Rp10 juta sehari," katanya.
Sementara itu, Wali Nagari Padang Lua Edison mengatakan ada dua kendala utama yang dihadapi di nagari itu, yakni pengelolaan sampah dan transportasi serta arus lalu lintas di sekitar Nagari Padang Lua.
"Sampah Pasar Padang Lua biasanya diangkut ke TPA Regional Payakumbuh dengan jarak sekitar 40 kilometer. Biayanya cukup besar. Kadang ada gangguan di TPA, sehingga ditutup sementara, akhirnya pengiriman sampah dari Padang Lua terkendala. Akibatnya, selama 3 hari sampah menumpuk. Kami berterima kasih atas rencana pelatihan pengolahan sampah ini, semoga benar-benar bisa menjadi solusi," katanya.