Cuaca Ekstrem April: Setelah Hujan Lebat dan Banjir, Perlu Waspada Puting Beliung karena Dampak Destruktifnya Luar Biasa
JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat dampak bencana angin puting beliung yang menerjang Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu pada 28 Maret lalu. Bencana itu menyebabkan 61 rumah rusak, 2 kapal tenggelam, 4 orang luka ringan, dan 4 orang nelayan masih hilang dan dalam proses pencarian.
Kejadian lain, sebanyak 131 rumah warga rusak akibat diterjang angin puting beliung di kawasan perkotaan Garut, Minggu 3 April. Angka itu diperoleh dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut.
Seiring dengan cuaca ekstrem yang saat ini sedang menerpa wilayah Indonesia, angin puting beliung termasuk salah satu bencana yang sering menerjang. Angin puting beliung tidak bisa dianggap sepele karena merupakan salah satu bencana alam yang sulit diprediksi kapan terjadi. Kedatangannya dapat menimbulkan kehancuran infrastruktur dan korban jiwa manusia.
Karena sifat destruktifnya, angin puting beliung jelas akan menimbulkan kerugian material yang mengganggu kegiatan ekonomi. Angin puting beliung dapat menghancurkan area yang luasnya hingga 5 km2.
Bisa di Darat dan Laut
Angin puting beliung terjadi karena adanya perbedaan tekanan dalam suatu sistim cuaca. Angin ini berasal dari awan awan Cumulonimbus (Cb), yaitu awan yang bergumpal berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Dapat terjadi kapan dan di mana saja, baik di darat maupun di laut.
Jika terjadi di laut durasinya lebih lama dibandingkan dengan darat. Umumnya terjadi pada siang hari atau sore hari. Kadang pada malam hari dan biasanya lebih sering terjadi pada masa peralihan musim (pancaroba)
Angin puting beliung adalah angin bergerak berputar dengan kecepatan lebih dari 63-90 km per jam, bergerak lurus dengan durasi maksimum selama 5 menit.
Angin puting beliung ini juga tidak memiliki siklus, karena sangat jarang terjadi susulan di lokasi yang sama.
Hampir semua wilayah di Indonesia rawan dengan bencana angin yang satu ini, namun ada beberapa daerah yang terdata lebih sering diterjang angin puting beliung ini dibandingkan dengan tempat lain. Daerah-daerah tersebut adalah Nusa Tenggara, Sulawesi dan Sumatera.
Berikut beberapa tanda-tanda serta proses terjadinya angin puting beliung, agar kita dapat mengantisipasinya:
- Udara panas dan gerah, di langit terlihat pertumbuhan cumulus (awan putih bergerombol berlapis-lapis kemudian secara tiba-tiba berubah warna dari putih menjadi hitam pekat (awan Cumulonimbus).
- Ranting pohon dan daun-daun bergoyang cepat karena tertiup angin dan terasa sangat dingin, jika fenomena ini terjadi kemungkinan besar hujan disertai angin kencang.
BNPB pun mengingatkan, memasuki bulan April ini masyarakat agar mengantisipasi cuaca ekstem diantaranya angin kencang tanpa hujan dan puting beliung. Angin puting beliung menjadi penyumbang bencana terbesar setelah bencana banjir. Masyarakat diharapkan lebih sering memantau perkiraan cuaca.
Baca juga:
- Bencana Hidrometeorologi di Indonesia Terus Meningkat: Kita Dapat Mencegah, namun Nyaris Tak Pernah Dilakukan
- Mudik Sebentar Lagi: Waspada di Jalan Sangat Penting, Setiap Lebaran Korban Meninggal Mencapai 400 Jiwa
- Cuaca Ekstrem Masih Mengancam, Kita Harus Peduli
- COVID-19 Mereda, Jangan Lupakan TBC: Indonesia Penyumbang Kasus Terbesar Ketiga di Dunia, Setiap Hari Renggut 200 Nyawa
Angin puting beliung merupakan bencana yang bisa muncul kapan saja, dan susah untuk diprediksi. Penting bagi masyarakat terutama yang tinggal di daerah yang berisiko bencana ini untuk mengenali ciri-cirinya.