Indonesia Targetkan jadi Negara Produsen Petrokimia Terbesar di Asia Tenggara
JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik target menjadi negara dengan produksi petrokimia terbesar di Asia Tenggara.
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito mengatakan, selama 2020 hingga 2030, pemerintah tengah berusaha mengawal proyek-proyek pembangunan industri kimia raksasa yang total nilai investasinya mencapai 31 miliar dolar AS.
Katanya, investasi tersebut guna memperkuat komoditas di sektor kimia hulu dan mampu mensubstitusi produk petrokimia yang masih diimpor.
“Kapasitas industri nasional untuk produk-produk tersebut saat ini mencapai 7,1 juta ton per tahun,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Minggu, 3 April.
Menurut Ignatius, guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat, diperlukan peningkatan kapasitas produksinya.
“Melalui adanya investasi besar di industri petrokimia yang saat ini didukung penuh oleh pemerintah, Indonesia akan menjadi negara produsen petrokimia nomor satu di ASEAN,” tuturnya.
Untuk diketahui, industri kimia merupakan sektor tiga besar kontributor penopang kinerja industri pengolahan nonmigas dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga:
Oleh karena itu, pemerintah terus fokus dalam pengembangan investasi di industri kimia untuk dapat mensubstitusi impor bahan dan barang kimia.
“Pada 2021, nilai ekspor bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencapai 18,86 miliar dolar AS. Di tengah masa pandemi dan pemulihan ekonomi, kami terus berupaya untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan di sektor industri kimia ini,” jelas dia.
Lebih lanjut, industri petrokimia merupakan sektor strategis di tingkat hulu yang menjadi modal dasar dan prasyarat utama untuk pengembangan industri di tingkat hilir seperti plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif, obat-obatan dan industri-industri penting lainnya.
“Berhasil tidaknya pemerintah dalam membangun industri nasional, salah satunya sangat dipengaruhi oleh profil industri petrokimia,” tutup Ignatius.