Produksi Vaksin COVID-19 Dapat Membunuh Lebih dari Setengah Juta Populasi Hiu?
JAKARTA - Banyak cara yang telah ditempuh peneliti untuk bisa membuat vaksin COVID-19, salah satunya dengan memanfaatkan minyak alami sebagai bahan bakunya. Sayangnya bahan baku dari minyak alami yang disebut Squalene ini berasal dari ekstak hati hiu.
Hal itu langsung menimbulkan pro-kontra dari banyak pihak, salah satunya kelompok konservasi, Shark Allies yang berbasis di California. Mereka menentang tegas penggunaan Squalene, pasalnya ribuan predator laut ini akan dibunuh hanya untuk diambil minyak hatinya demi tersedianya vaksin COVID-19.
Squalene atau minyak hati hiu sendiri merupakan bahan adjuvan dan umum digunakan dalam dunia medis. Bahan ini meningkatkan efektivitas vaksin dengan menciptakan respons imun yang lebih kuat.
Baca juga:
Menurut laporan Telegraph, Senin 28 September, Perusahaan farmasi Inggris GlaxoSmithKline saat ini menggunakan squalene dalam produksi vaksin flu. Mereka juga berencana untuk memproduksi satu miliar dosis bahan pembantu ini untuk penggunaan potensial dalam vaksin virus COVID-19
Shark Allies menyebutkan bahwa sekitar 250 ribu hiu akan dibunuh apabila populasi dunia menerima satu dosis vaksin Covid-19 yang mengandung minyak hati hiu. Artinya jika dua dosis vaksin diperlukan populasi global, yang menurut para peneliti, ini akan meningkat menjadi setengah juta dan lebih dari ribuan hiu akan dibunuh hanya untuk mengekstraksi satu ton squalene.
Terlebih dengan banyaknya perusahaan farmasi yang berlomba untuk segera memproduksi vaksin COVID-19, di mana beberapa di antaranya menggunakan squalene sebagai bahan baku produknya. Bahkan dari 162 kandidat vaksin yang telah dievaluasi oleh WHO, Shark Allies menyebutkan bila 17 di antaranya menggunakan squalene.
Dikhawatirkan Shark Allies, jika salah satu perusahaan farmasi itu disetujui oleh WHO, tentunya permintaan akan ekstrak hati hiu untuk memproduksi squalene akan meningkat tanpa menghiraukan populasi hiu yang semakin rentan saat ini.
"Memanen sesuatu dari hewan liar tidak akan pernah berkelanjutan, terutama karena hiu tidak berkembang biak dalam jumlah besar," ungkap direktur eksekutif Shark Allies Stefanie Brendl, seperti dikutip dari Metro.uk.
Brendl sendiri tak bermaksud untuk menghalangi produksi vaksin dari virus corona. Sebaliknya, mereka mendesak perusahaan farmasi untuk mencoba menggunakan Squalene yang bukan dari hewan.
Belum lagi tak dapat diketahui hingga kapan pandemi akan berakhir. Hal ini tentu akan membuat semakin banyak hiu yang dibunuh demi pengembangan vaksin.
"Ada begitu banyak yang tidak diketahui tentang seberapa besar dan berapa lama pandemi ini akan berlangsung, lalu berapa banyak versinya yang harus kami lalui, sehingga jika kami terus menggunakan hiu, jumlah hiu yang diambil untuk produk ini bisa sangat tinggi, tahun demi tahun," kata Brendl.
Untuk menghindari ancaman populasi hiu, mereka mendorong para ilmuwan agar menguji bahan alternatif dari squalene. Alternatif versi sintetis yang terbuat dari tebu yang difermentasi.