Bahaya! Efek Googling Membuat Manusia Mudah Melupakan Sesuatu dan Malas Bipikir

JAKARTA – Memiliki banyak informasi yang tersedia di ujung jari kita di internet mungkin tampak seperti cara yang baik untuk memajukan kecerdasan manusia.

Akan tetapi sebuah studi baru, mengklaim bahwa informasi Googling sebenarnya membuat kita lebih mungkin untuk melupakan sesuatu, dibandingkan dengan membacanya di buku. Ini  sebuah fenomena yang dikenal sebagai 'amnesia digital' atau 'efek Google'.

Studi ini menemukan bahwa otak manusia tidak cenderung untuk memproses informasi secara mendalam di mesin pencari seperti Google karena mereka  tahu itu mudah diakses dan diambil secara online. Jadi manusia modern tidak repot-repot mempelajarinya.

Faktanya, kita lebih cenderung mengingat cara mengakses informasi, seperti kata kunci untuk kueri mesin telusuri,  daripada informasi itu sendiri.

Manusia adalah mahkluk  'kikir kognitif', yang berarti kita memiliki 'kecenderungan bawaan' untuk menghindari upaya kognitif apa pun. Ini  kemungkinan karena kemalasan murni, menurut penelitian tersebut.

Penelitian ini dilakukan oleh Dr Esther Kang di Fakultas Manajemen, Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Cologne, Jerman dan dipublikasikan dalam Journal of Experimental Psychology: Applied.

“Akses internet di mana-mana telah memberikan akses mudah ke informasi dan telah memengaruhi perhatian dan manajemen pengetahuan pengguna,” katanya dalam makalah yang dikutip DailyMail.

“Memiliki informasi di "ujung jari" seseorang melalui perangkat elektronik seperti komputer dan smartphone sering menyebabkan berkurangnya perhatian dan berkurangnya daya ingat,” ungkap penelitian tersebut.

“Ketika informasi yang disimpan secara eksternal mudah diakses dan diambil, individu tidak cenderung untuk memproses detail secara mendalam karena mereka dapat dengan mudah mencari informasi kapan pun dibutuhkan,” tambah penelitian itu.

“Individu memiliki kecenderungan yang melekat untuk meminimalkan tuntutan kognitif mereka dan menghindari upaya kognitif  atau "kikir kognitif".

Dr Kang melakukan total tiga studi, yang dijuluki 'belajar', 'melupakan' dan 'berlangganan'.

Eksperimen pertama menguji kemampuan mahasiswa sarjana di AS untuk mengingat detail penawaran kartu kredit online.

Menurut temuan Dr. Kang, semakin tinggi kemudahan menemukan informasi yang dirasakan, semakin rendah ingatan rincian penawaran kartu kredit.

Dalam percobaan 2, peserta lupa informasi dalam iklan setelah mereka tahu itu tersedia dalam pencarian online.

Dalam percobaan 3, Dr Kang menemukan bahwa individu lebih cenderung berlangganan blog online jika mudah diakses.

Studi menemukan perbedaan antara orang dengan 'kapasitas memori kerja' yang lebih tinggi atau lebih rendah dan  kemampuan untuk menyimpan informasi saat melakukan tugas mental.

Menariknya, mereka yang memiliki kapasitas memori kerja yang lebih tinggi menunjukkan pembelajaran yang kurang teliti dari informasi rinci yang tersedia secara online.

Mungkin semakin banyak informasi yang dapat Anda simpan, semakin sedikit detail setiap informasinya.

“Manajemen pengetahuan strategis ini memungkinkan individu untuk menyimpan sumber perhatian untuk kegiatan sehari-hari lainnya,” kata Dr Kang.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan efek penyimpanan informasi pada perangkat terhadap kinerja kognitif otak manusia.

Ini kembali ke awal peradaban, di mana perekaman informasi di mana saja selain otak manusia terbukti kontroversial.

Dalam mitos Mesir kuno, penemu Theuth, menyajikan konsep menulis kepada raja Mesir, Thamus, agar informasi dapat didistribusikan dan diketahui secara luas.

Namun, Thamus tidak terkesan dengan konsep menulis dan menentangnya demi kebaikan kecerdasan manusia.

Menurut buku Neil Postman tahun 1992 “Technopoly”, Thamus mengatakan mereka yang belajar menulis 'akan berhenti melatih ingatan mereka dan menjadi pelupa'.

“Mereka akan mengandalkan tulisan untuk mengingat sesuatu dengan tanda-tanda eksternal, bukan dengan sumber internal mereka sendiri,” menurut buku Postman.