Dihujani Rudal Balistik Iran, Irak Bakal Dapat Bantuan Pertahanan dari Amerika Serikat
JAKARTA - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan pada Hari Minggu mengutuk serangan rudal balistik Iran di ibu kota wilayah Kurdi utara Irak, Erbil, dan mengatakan Washington sedang bekerja untuk membantu Irak mendapatkan kemampuan pertahanan rudal untuk mempertahankan diri.
Sullivan mengatakan kepada program "Face the Nation" CBS, tidak ada warga AS yang terluka dalam serangan itu, dan tidak ada fasilitas AS yang terkena. Tetapi, Amerika Serikat akan melakukan apa pun untuk membela rakyat, kepentingan dan sekutunya.
"Kami sedang berkonsultasi dengan pemerintah Irak dan pemerintah di Kurdistan Irak, sebagian untuk membantu mereka mendapatkan kemampuan pertahanan rudal untuk dapat mempertahankan diri di kota mereka," katanya, melansir Reuters 14 Maret.
Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) mengaku bertanggung jawab atas selusin rudal balistik yang menghantam ibu kota wilayah Kurdi Irak utara, Erbil pada dini hari Minggu, media pemerintah Iran melaporkan.
Rudal-rudal itu menargetkan konsulat AS di antara situs-situs lain, menurut pemerintah daerah Kurdi.
Ditanya tentang dampak negosiasi atas perjanjian nuklir dengan Iran yang menemui jalan buntu, Sullivan mengatakan, "Berbagai negosiator sudah kembali ke rumah di ibu kota mereka dan kita harus melihat apa yang terjadi di hari-hari mendatang sehubungan dengan diplomasi seputar kesepakatan nuklir."
Lebih jauh Sullivan menerangkan, Presiden Joe Biden tetap berkomitmen kuat untuk menghentikan Iran memperoleh senjata nuklir.
"Satu hal yang akan saya katakan adalah, satu-satunya hal yang lebih berbahaya daripada Iran yang dipersenjatai dengan rudal balistik dan kemampuan militer canggih adalah Iran yang memiliki semua itu dan senjata nuklir," paparnya.
Diketahui, pasukan AS yang ditempatkan di kompleks Bandara Internasional Erbil telah mendapat serangan sebelumnya dari serangan roket dan pesawat tak berawak. Washington menuduh kelompok-kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran bertanggung jawab, tetapi tidak ada serangan semacam itu yang terjadi selama beberapa bulan.
Sementara itu, Departemen Pertahanan merujuk semua pertanyaan tentang komentar Sullivan seputarg kemampuan pertahanan rudal ke Departemen Luar Negeri, yang mengawasi perjanjian bantuan keamanan dengan negara lain.
Baca juga:
- Hari ke-18 Invasi, Rusia Klaim Berhasil Hancurkan 3.736 Fasilitas dan Infrastruktur Militer Ukraina
- Serang Pangkalan Militer Ukraina di Dekat Perbatasan Polandia, Rusia: Hancurkan Tentara dan Senjata Asing
- Pasukan Rusia Disebut Gunakan Bom Fosfor dalam Serangan di Lugansk, Gedung Putih Peringatkan Moskow
- Takut Reaksi Rusia, AS Tutup Pintu untuk Bantuan Jet Tempur ke Ukraina, Pentagon: Berisiko Tinggi
Departemen Luar Negeri tidak segera berkomentar mengenai paket bantuan keamanan baru untuk Irak.
Diberitakan sebelumnya, Iran menyerang kota utara Irak Erbil pada Hari Minggu dengan selusin rudal balistik, dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di ibu kota wilayah otonomi Kurdi Irak
Rudal-rudal itu jatuh di daerah dekat gedung konsulat AS yang baru, menurut pejabat Kurdi. Para pejabat AS mengatakan tidak ada orang Amerika yang terluka dan fasilitas AS juga tidak terkena. Pihak berwenang Kurdi mengatakan hanya satu warga sipil yang terluka dan tidak ada yang tewas.
Media pemerintah Iran mengatakan, Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) melakukan serangan terhadap "pusat strategis" Israel di Erbil, menunjukkan itu adalah balas dendam atas serangan udara Israel baru-baru ini yang menewaskan personel militer Iran di Suriah.