Singgung Vietnam, Gubernur Riau Tawarkan Ini ke Pemerintah Arab Saudi
PEKANBARU - Riau selama ini dikenal sebagai penghasil ikan patin terbesar di Indonesia. Karenanya, Gubernur Riau, dengan bangga menawarkan salah satu komoditas andalan wilayahnya tersebut ke Pemerintah Arab Saudi, saat berkunjung ke Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, Minggu, 6 Maret.
"Kami ini produsen ikan patin terbesar di Indonesia. Jadi bisa Saya pastikan Arab Saudi akan memperoleh berbagai keuntungan bila mengambilnya langsung dari kami, ketimbang selama ini mengimpor melalui Vietnam," ujar Gubernur Riau, Syamsuar, sebagaimana dilansir Antara, Minggu, 6 Maret.
Penawaran kerjasama perdagangan ikan patin tersebut, menurut Syamsuar, merupakan salah satu dari sekian banyak potensi kerjasama yang ditawarkannya kepada Pemerintah Arab Saudi. Menjawab tawaran tersebut, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Essam bin Abed Al-Thaqafi, mengaku bakal segera menjadwalkan kunjungan balasannyanya ke Riau, guna mendalami potensi kerjasama yang menguntungkan bagi negaranya.
Dalam kunjungan tersebut, Syamsuar juga menjelaskan bahwa Riau merupakan provinsi yang kaya sumber daya alam dan memiliki penduduk mayoritas Islam, sehingga sangat terbuka peluang untuk bekerja sama dengan Arab Saudi. Riau kini disebut Syamsuar memiliki beragam bisnis yang berkembang, mulai dari migas, kelapa sawit, karet, kelapa, dan sagu terbesar di Indonesia.
Baca juga:
"Kami berharap pemerintah Arab Saudi juga berkenan menanamkan investasinya di Riau. Dan, kami menjamin jika Arab Saudi berniat berinvestasi di Riau, akan diberikan berbagai kemudahan bagi para investornya," tutur Syamsuar.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menuurut Syamsuar sebelumnya telah mendatangi Desa Wisata Koto Mesjid yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Desa Wisata tersebut di daerah Riau lebih dikenal dengan sebutan Kampung Patin. Sebab, kampung ini memiliki budi daya ikan patin yang sudah dikenal, sehingga desa ini mempunyai moto 'tiada rumah tanpa kolam'. "Hampir setiap rumah yang ada di Kampung Patin memiliki paling minimal satu kolam patin. Dalam sebulan masyarakat setempat dapat memanen 390 hingga 400 ton ikan patin," ungkap Syamsuar.
Tak hanya sebagai lauk pauk, lanjut Syamsuar, ikan patin oleh masyarakat setempat juga diolah menjadi berbagai macam produk kuliner dengan cita rasa khas dan unik. Seperti kerupuk kulit patin, abon patin, bakso patin, siomay patin, nugget patin, otak-otak patin, cilok patin, ikan asin patin, batagor patin, hingga es dawet patin, serta ada pula keripik batang pisang dan kelapa jelly (dekla).
Produk ekonomi kreatif di Kampung Patin juga sangat menarik, misalnya saja produk kriya dari hasil olahan bambu, seperti lidi sawit, rotan, dan pandan. Bahkan para disable (tuna rungu) juga ikut serta dalam program home recycle creative, yang mana produksi kriya ini memanfaatkan limbah paralon menjadi pot, tempat tisu, baki gelas, hiasan dinding, dan piring lidi rotan.