Jens Stoltenberg Ogah Tingkatkan Level Siaga Pasukan Nuklir NATO
JAKARTA – Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg baru-baru ini menyatakan pihaknya tidak akan meningkatkan level siaga pasukan nuklir NATO. Ini merupakan tanggapan NATO terhadap Presiden Vladimir Putin yang menyiagakan pasukan nuklirnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Stoltenberg setelah bertemu dengan Presiden Polandie Andrzej Duda. Keduanya mengadakan pertemuan di sebuah pangkalan udara di Lask, tempat penyimpanan jet tempur F-15 dan F-16.
“Kami akan selalu melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi dan membela sekutu kami, tetapi kami pikir tidak ada perlunya sekarang untuk mengubah level siaga kekuatan nuklir NATO,” kata Stoltenberg.
Dilansir dari RusiaToday, Moskow mengumumkan pada hari Senin bahwa pasukan nuklir darat, udara dan lautnya ditempatkan dalam siaga tinggi setelah adanya negosiasi yang diusulkan Barat mengenai serangan militernya di Ukraina.
Baca juga:
- Di Depan Kongres AS, Presiden Biden Jelaskan Soal Pengiriman Pasukan: Demi Lindungi NATO, Bukan untuk Konflik dengan Rusia
- Enam Hari Invasi ke Ukraina Belum Kuasai Satu pun Kota Besar, Rusia Ubah Taktik?
- Ketika Putin Mulai Frustasi dengan 'Kegagalan' Militernya di Ukraina, Dunia Harusnya Makin Khawatir
Pada Senin 28 Februari lalu, delegasi kedua negara bertemu di perbatasan Belarusia untuk melakukan negosiasi. Putaran pembicaraan lain sedang berlangsung. Sebelumnya, Putin menolak adanya intervensi Barat terkait urusannya dalam menginvasi Ukraina.
Sekjen NATO tersebut menyatakan bahwa “invasi yang mengerikan dan mengerikan” ke Ukraina. Stoltenberg menekankan “kebrutalan harus segera dihentikan.” Menyusul pernyataan tersebut, AS mengirim 5.000 tentara tambahan ke Polandia dan Rumania. Tidak hanya itu, Prancis juga dikabarkan mengirim pasukannya ke Rumania.
NATO sendiri tidak ingin konflik di Ukraina menjadi tidak terkendali, “dan menjadi konfrontasi penuh antara NATO dan Rusia di Eropa.” Pemimpin NATO tersebut bersikeras pihak-pihak yang bersangkutan mampu mempertahankan kontak dan menghentikan konflik dengan Rusia.