Penonton Sepak Bola Inggris Siap Kembali ke Stadion
JAKARTA - Pengelola tiga kompetisi liga di bawah Liga Premier, English Football League (EFL) menyatakan, para penonton sepak bola Inggris kemungkinan besar bisa kembali menonton di stadion.
EFL pada Selasa waktu setempat menyatakan bahwa pemerintah telah memberi izin dimulainya percobaan hingga 1.000 penonton umum menghadiri pertandingan di stadion langsung pada bulan September ini.
Perizinan itu jadi satu langkah maju dari berbagai percobaan tingkat lokal di antara klub-klub yang mulai mengizinkan sejumlah kecil penonton menghadiri pertandingan langsung, tentunya dengan penerapan protokol pencegahan COVID-19 secara ketat.
Agenda mengembalikan penonton ke stadion memang menjadi salah satu prioritas bagi banyak pelaku sepak bola di Inggris, lantaran sebagian besar tim mengalami gangguan keuangan karena hilangnya pos pendapatan dari penjualan tiket pertandingan.
Baca juga:
"EFL terus berkomunikasi dengan pemerintah terkait program pilot ini yang mungkin akan meliputi sejumlah pertandingan percontohan bulan September ini dengan batas 1.000 penonton," kata juru bicara EFL dikutip dari Antara.
"EFL yakin praktik jaga jarak tetap bisa diterapkan di tribun stadion dan pada saat bersamaan tak bisa mengabaikan bahwa dengan kehadiran penonton di pertandingan cukup membantu kondisi keuangan klub, yang memang masih tertekan," ujarnya menambahkan.
"Karena itu, kesuksesan program percontohan ini menjadi aspek penting untuk bisa mendatangkan lebih banyak penonton secara aman ke stadion di masa mendatang," katanya lagi.
EFL akan membawa hasil program percontohan tersebut sebagai bahan diskusi dengan pemerintah terkait perencanaan membawa penonton kembali ke stadion pada Oktober.
Pekan lalu, operator Liga Premier menyatakan akan menunda program percontohan maksimal 1.000 penonton itu, karena dianggap tidak layak dan cenderung akan sangat merugikan.
Hanya saja, Ketua Umum Liga Premier Richard Master memprediksi absennya penonton di stadion bakal membuat 20 klub peserta liganya mengalami kerugian total hingga 700 juta poundsterling (sekira Rp13,3 triliun).