Masih Ada Potensi Longsor-Banjir Pascagempa di Pasaman Barat, BMKG Imbau Warga Tinggal di Tepi Sungai Mengungsi
JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Pasaman Barat yang tempat tinggalnya berjarak 200 meter dari tepi sungai untuk mengungsi. Imbauan ini mengingat potensi longsor dan banjir bandang pascagempa bermagnitudo 6,1 beberapa waktu lalu.
"Mungkin ada yang mengatur siapa yang harus diungsikan karena potensi bahaya banjir bandang dan longsor. Itu bahaya jika terjadi hujan di daerah hulu," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Antara, Selasa, 2 Maret.
Dwikorita mengatakan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG, terjadi sejumlah longsoran di sekitar puncak Gunung Talamau yang merupakan lokasi terdekat dengan episenter gempa 6,1 Pasaman Barat.
Sedimen-sedimen longsoran tersebut akan menjadi banjir bandang jika hujan melanda hulu Gunung Talamau. Apalagi saat ini musim hujan masih berlangsung sehingga potensi bencana hidrometeorologi pascagempa menjadi ancaman lain yang mesti diantisipasi dan diwaspadai.
"Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai," kata dia.
Dwikorita menyebut saat ini BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi guna mereduksi dampak jika sewaktu-waktu bencana hidrometeorologi menerjang.
Pencegahan dilakukan BMKG dengan terus memonitor cuaca dan intensitas hujan. Sementara BWS melakukan pengerukan sedimen lumpur atau material longsoran yang terjadi akibat gempa dan tersapu oleh hujan atau aliran sungai.
Upaya pengerukan ini juga sekaligus untuk mencegah terbentuknya sumbatan material endapan longsoran pada lembah sungai. Sumbatan-sumbatan material tersebut sering terjadi akibat longsor saat gempa, dan akan berbahaya bila membendung aliran air hujan dan aliran sungai dari arah hulu.
Pasalnya, bendung tersebut sewaktu-waktu dapat jebol bila air terus terakumulasi dan menekan, seiring dengan peningkatan curah hujan.
BMKG, lanjut dia, secara lebih intensif terus melakukan monitoring cuaca dengan menggunakan radar cuaca, serta memberikan prakiraan dan peringatan dini potensi cuaca ekstrem di area hulu sungai lereng Gunung Talamau.
Baca juga:
- 'IKN Bukan Sekadar Pindahkan Gedung dari Jakarta, Visi Besar Kita Pemerataan,' Tegas Jokowi Soal Pemindahan Ibu Kota
- Setop Ekspor Bahan Mentah, Jokowi: Sejak Zaman VOC, 400 Tahun Lalu Kita Tak Dapat Apa-apa!
- Waduh, Ada Ancaman Pertahanan dan Gangguan Keamanan yang Mengintai IKN Nusantara
- Dubes Fadjroel Rachman: Soal Pemindahan Ibu Kota Nusantara, Indonesia Bisa Mencontoh Kazakhstan
"BMKG bekerja sama dengan BBWS, mereka membersihkan endapan tersebut, kami memberikan informasi cuaca," kata dia.