Kebutuhan Meningkat, Kementan Dorong Petani Tanam Kedelai Melalui Pengembangan 52 Ribu Hektare Lahan
JAKARTA - Kedelai merupakan salah satu sumber pangan selain padi dan jagung yang digemari. Kebutuhan terhadap Komoditas pangan penghasil protein nabati ini setiap tahunnya terus meningkat. Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan bahan baku industri olahan seperti tahu, tempe, kecap, dan susu.
Mencermati hal tersebut, Kementerian Pertanian melakukan upaya menjamin ketersediaan kedelai utamanya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga melalui fasilitasi pengembangan 52 ribu hektare lahan yang tersebar di 16 daerah di tahun ini. Satu di antaranya adalah di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian, Yuris Tiyanto menyampaikan 16 daerah pengembangan kedelai itu meliputi Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Riau, Jambi, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalsel, Sulteng, Sultera, dan Sulbar.
Yuris mengajak peran off taker sebagai avalis pembiayaan. Dengan menggandeng off taker, kata Yuris, maka dimungkinkan untuk menjadi penjamin pembiayaan KUR dan sekaligus pemasaran hasil petani kedelai.
"Kami terus mendorong petani untuk kembali menanam kedelai di sentra produksi kedelai yang sudah ada. Kami berharap produktivitas bisa meningkat," katanya, dikutip Sabtu 26 Februari.
Sementara itu, Grobogan terpilih menjadi salah satu sentra kedelai nasional yang berada di Jawa Tengah. Hal tersebut berdasarkan seleksi yang dilakukan terus menerus.
Kepala Dinas Pertanian Grobogan, Sunanto mengatakan dari hasil seleksi terus menerus itu menghasilkan varietas Grobogan. Jadi, varietas Grobogan itu bukan dari hasil pemuliaan tapi dari seleksi pemurnian varietas.
"Ini berlangsung lama sehingga menghasilkan varietas unggul nasional," kata Sunanto.
Menurut dia, kedelai varietas Grobogan memiliki beberapa keunggulan, yaitu bukan termasuk kedelai GMO, non transgenik. Kemudian potensi produksi tinggi, mencapai 3,2 ton per hektare. Bahkan, di Grobogan pernah menghasilkan kedelai per hektar 3 ton.
"Keunggulan lainnya, kadar protein kedelai Grobogan tinggi, mencapai 43 persen. Selain itu, umur penanaman pendek, hanya 85 hari. Dan saat panen, daunnya sudah rontok sehingga memudahkan pemanenan sehingga polong kering," ungkapnya.
Baca juga:
Selama ini, menurut Sunanto, sebagian besar hasil panen kedelai Grobogan digunakan sebagai benih, sisanya diserap oleh DIY dan Jawa Barat (Sumedang) yang selama ini menggunakan kedelai Grobogan sebagai sumber olahan pangan.
Keuntungan menanam kedelai
Menurut Sunanto, keuntungan menanam kedelai tidak lebih rendah dibandingkan menanam padi atau jagung. Hasil analisis usaha yang dilakukan Dinas Pertanian Grobogan menunjukkan bahwa jika dihitung harian, pendapatan petani kedelai adalah Rp152 ribu per hari dengan input usaha tani per hektare hanya Rp5 juta.
Sedangkan padi per hari kurang lebih Rp143.500 dan jagung Rp127 ribu per hari dengan input usaha tani masing-masing dirata-ratakan sebesar Rp15 juta per hektare.
"Kita ketahui, jagung itu butuh 110 hari, kalau padi sekitar 115 hari dan kedelai hanya 85 hari. Sehingga kalau misalnya pendapatan dibagi waktu tanam, maka sebenarnya kedelai paling menguntungkan," ucapnya.
Namun, Sunanto menegaskan bahwa kendala yang membuat petani enggan menanam kedelai adalah harga. Karena itu, kunci agar petani mau menanam kedelai adalah adanya jaminan kepastian harga.
"Kunci agar petani kembali bergairah menanam kedelai dan mendapatkan keuntungan adalah adanya jaminan kepastian harga," ucapnya.